Akses listrik hari ini belum merata ke seluruh Indonesia. Perbandingan jumlah pelanggan rumah tangga berlistrik baik dari listrik PLN maupun listrik non-PLN dengan jumlah rumah tangga total di Indonesia atau yang lumrah disebut Rasio Elektrifikasi belum seluruhnya 100%. Sampai tahun 2022 saja, Kementerian ESDM mencatat Rasio Elektrifikasi masih 99,63%.
Jika dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, rasio elektrifikasi Indonesia masih kalah dibandingkan Malaysia atau Thailand. Hal ini dapat dipahami mengingat kondisi negara Indonesia merupakan negara kepulauan dan masih banyak daerah tertinggal (remote) yang sulit diakses terutama di daerah Timur Indonesia.
Agar akses listrik dapat dirasakan ke seluruh Indonesia untuk memenuhi sila ke-5 Pancasila, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, butuh dana yang tidak sedikit. Salah satu sumber dana untuk menerangi Indonesia berasal dari pajak kita.
Dana dari pajak tersebut digunakan oleh pemerintah untuk pemerataan akses listrik. Pada tahun 2023, pajak yang terkumpul tersebut dikucurkan pemerintah dalam bentuk Penyertaan Modal Negara (PMN) kepada PT PLN sebanyak Rp10 Triliun untuk pembangunan pembangkit listrik di daerah 3T (terluar, tertinggal, dan terbelakang).
Dana pajak yang terhimpun dalam APBN sangat berperan penting dalam menyediakan akses listrik di Indonesia. Pada tahun 2022 saja, selain untuk pemerataan akses listrik, PMN untuk PT PLN juga digunakan untuk pemberian subsidi tarif listrik bagi keluarga tidak mampu dengan daya 450 VA dan masyarakat prasejahtera dengan daya 900 VA yang masuk dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).
Subsidi listrik ditujukan untuk membantu meringankan biaya listrik masyarakat terutama masyarakat yang kurang mampu atau di bawah garis kemiskinan. Sebagaimana diketahui, kehadiran listrik sangat penting bagi pergerakan roda ekonomi dan juga memengaruhi sosial budaya maupun peningkatan pendidikan.
Listrik dan pertumbuhan ekonomi
Dalam konteks ekonomi, dengan adanya listrik, kegiatan industri di masyarakat akan terbentuk. Listrik berperan penting dalam memperlancar kegiatan industri, menciptakan produk yang berkualitas serta menciptakan lapangan kerja. Dengan adanya hal tersebut diyakini pertumbuhan ekonomi akan meningkat.
Sektor Industri sendiri akan menopang kekuatan ekonomi karena dapat mengurangi ketergantungan terhadap produk-produk impor dan meningkatkan daya saing nasional. Selain itu, adanya peningkatan ini menjadikan devisa akan makin kuat. Sehingga secara tidak langsung juga menjaga stabilitas ekonomi.
Di tingkat makro, stabilitas ekonomi juga ditunjukan dengan stabilnya tren pertumbuhan ekonomi. Hal ini terlihat pada stabilitas ekonomi Indonesia saat ini yang ditopang oleh pertumbuhan ekonomi. Pada triwulan IV 2022, pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap kuat. Â Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat tetap tinggi yakni 5,01% (yoy), ditengah pertumbuhan ekonomi global yang dalam trend melambat