Mohon tunggu...
Apriana Susaei
Apriana Susaei Mohon Tunggu... Administrasi - senang menulis apa saja

sedikit pengalaman, kurang membaca, jarang belajar dari orang lain, banyak merenung, masih belajar dan senang menulis apa saja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Ada Ular di Kamar

4 Oktober 2022   05:56 Diperbarui: 4 Oktober 2022   21:55 911
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi dini hari, kira-kira pukul tiga pagi. Aku tertidur di samping istriku. Tidur dengan lelap, diselimuti damai dan sunyi pada malam panjang yang menyulam gelap.

Istriku berteriak, “Ada ular di kamar!”

Sontak saja aku terkejut, tidak pernah ada yang ular yang berani masuk ke dalam rumah. Kalaupun ada itu sudah puluhan tahun yang lalu, sejak rumah ini berdiri dari batang-batang pohon kayu, dindingnya berserakan anyaman bambu, yang dilapisi kapur penahan angin maupun debu.

Rumah ini kini sudah berganti beton berkelindan besi, berisi adonan semen, pasir dan juga batu. Lantainya terbuat dari marmer dan beratapkan genting tanah liat yang ku bayar dari gaji yang ku sisihkan setiap minggu. Rasanya tak mungkin ada ular yang bisa masuk, telah ku tutup semua lubang yang mungkin menjadi pintu masuk disemua sudut, apalagi lubang-lubang di bawah daun pintu.

Istriku bergeming, dia pucat pasi, ular adalah hewan yang dia takutkan, melihat tayangannya saja di layar kaca membuatnya merinding, apalagi kali ini ada di depan matanya. Dia sedikit berteriak, parau.

“Itu dia di bawah bantal, ada di lantai” ujarnya sambal menatap tajam ke arahku.

Mata orang bangun tidur, tak ubahnya seperti gawai mencari Wifi, dia akan selalu menggapai ke sana kemari mencari sinyal gelombang elektromagnetik, masuk ke sudut-sudut dalam ruangan berisi udara mencari koneksi pada satu titik. Namun apabila sudah bertemu, mereka akan saling menangkap tidak sampai hitungan detik.

Matapun perlu mencari koneksi dengan otak, namun pandangan mata orang bangun tidur pasti kabur.

Ekornya hitam menyerupai tali bantal, aku menebak-nebak tali bantal atau ekor ular, mataku benar-benar tidak bisa membedakan. Jika itu tali bantal, mengapa dia bergerak-gerak, melingkar dan bergerak lagi seperti bergelombang. Aku harus meyakini itu adalah ular, walau pandangan mataku masih pudar.

“Apa yang harus ku lakukan?” gumamku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun