Mohon tunggu...
Apriana Susaei
Apriana Susaei Mohon Tunggu... Administrasi - senang menulis apa saja

sedikit pengalaman, kurang membaca, jarang belajar dari orang lain, banyak merenung, masih belajar dan senang menulis apa saja

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pendanaan Transisi Energi menuju Indonesia Maju

27 Juli 2022   13:48 Diperbarui: 27 Juli 2022   13:51 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) dalam transisi energi (sumber: Pixabay/meineresterampe)

Transisi energi perlu segera diakselerasi mengingat perubahan iklim telah menjadi isu global. Sejak meratifikasi Persetujuan Paris tahun 2015, Indonesia mulai menyusun dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) sebagai pernyataan resmi penurunan emisi untuk mengantisipasi perubahan iklim.

Dokumen NDC tersebut menetapkan target pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di Indonesia, yakni sebesar 29% tanpa syarat (dengan usaha sendiri) dan 41% bersyarat (dengan dukungan internasional yang memadai) pada tahun 2030.

Sektor energi menurut Laporan Inventarisasi GRK dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2019, merupakan sektor kedua (39%) yang memberikan kontribusi terbesar terhadap emisi GRK nasional.

Di masa depan, listrik akan menjadi sumber energi yang dominan pada sistem energi. Dalam era nir emisi, listrik akan ditopang oleh sumber energi yang berasal dari Energi Baru Terbarukan (EBT) yang lebih bersih.

“Untuk mencapai target penurunan emisi pada sektor energi kelistrikan, Indonesia membutuhkan Rp3.500 triliun atau sekitar 450 juta ton ekuivalen CO­2.”

Ungkapan tersebut dilontarkan Sri Mulyani, dalam acara Road to G20: Sustainable Finance di Bali sebagaimana dilansir laman Kompas (13/7/2022). Angka tersebut terdiri dari kebutuhan investasi pembangkit dan juga operasional EBT.

Investasi itu tentu sangat besar, perlu peran bersama semua pihak termasuk BUMN, swasta maupun lembaga internasional agar tak hanya mengandalkan pemerintah, mengingat APBN Indonesia saja hanya sekitar Rp3.000 triliun.

Di satu sisi, trend investasi EBT saat ini belum optimal. Jika melihat capaian investasi transisi energi melalui EBT dan konservasi energi di Indonesia tahun 2022 baru mencapai USD0,58 miliar atau 14% dari target sebesar USD3,98 miliar (Katadata, 2022). 

Masih terjadi kesenjangan Investasi EBT antara negara maju dan berkembang. International Energy Agency (IEA) dalam G20 webinar series: Energy dan Climate Financing yang diselenggarakan Kementerian ESDM (13/7/2022) menyatakan investasi EBT masih terkonsentrasi di negara maju dan Tiongkok. Walaupun ada peningkatan investasi PLTS di India, namun investasi di negara berkembang lainnya tertahan pada tahun 2015.

Selain tantangan investasi menurut laman Kompas, tantangan teknologi, tantangan institusional dan regulasi juga menjadi faktor tantangan dan kendala transisi energi di antara potensi sumber energi terbarukan Indonesia yang sangat besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun