Mohon tunggu...
Suryo Bimantoro
Suryo Bimantoro Mohon Tunggu... UPN VETERAN JAWA TIMUR

Advokasi Hak asasi Manusia, filsafat dan peminat bidang politik dan hubungan internasional, vlogger dan penulis dalam rangka isu-isu sosial.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Propaganda Digital Rusia Di Tiktok Terhadap Perang Rusia-Ukraina

24 Maret 2025   12:59 Diperbarui: 24 Maret 2025   12:59 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

( 24/03/2025)

Dengan integrasi digitalisasi terhadap dunia masa kini, umat manusia mempunyai kapabilitas untuk berkoneksi dengan satu sama lain tanpa adanya batasan geografis. Konektivitas ini memberi oportunitas bagi setiap individu dari belahan negara masing-masing untuk beropini, berdiskusi, mencari pertemanan, dan tentunya mengunggah konten-konten berjenis yang dapat memukakkan ketertarikan antara individu. Mengunggah konten sendiri bukan merupakan suatu ancaman besar seperti ancaman militer atau terorisme digital, tetapi jika konten tersebut dikemukakkan sebagai konten berita, maka potensi konten tersebut sebagai salah satu ancaman terhadap kedaulatan negara dapat terjadi, terutama jika konten tersebut diciptakan dalam basis propaganda nasional maupun internasional.

Sumber: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Sumber: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Secara umum, propaganda digital dijuluki sebagai suatu strategi oleh aktor-aktor kriminal untuk mengunggah konten-konten bersifat informatif dengan sumber informasi yang palsu, dipenuhi oleh manipulasi data, atau informasi fiktif secara keseluruhan untuk secara langsung memanipulasi mindset orang-orang yang membaca atau menganalisis konten tersebut. Strategi yang biasanya digunakan sebagai alat pengumpul dukungan terhadap tujuan yang dipunyai oleh aktor-aktor tersebut dalam konteks konflik militer maupun nirmiliter. Propaganda merupakan wadah para serigala untuk mengumpulkan ribuan dan bahkan jutaan domba dari seluruh ujung dunia untuk dimanfaatkan sebagai tumbal politik mereka. 

 “Tujuan propaganda selalu berada di luar penerima pesan propaganda; penerima selalu diminta untuk berkorban, melakukan sesuatu untuk Tuhan, negara, masyarakat, demokrasi, kebebasan, atau organisasi. Tujuannya selalu “di atas awan, di masa lalu atau di masa depan” (Laskin, 2019)

Salah satu tujuan tersebut sudah terjadi pada tahun 2022 yang lalu, dalam konteks perang politik Rusia-Ukraina yang sudah terjadi sejak bertahun-tahun yang lalu. Perang antar dua negara tersebut tidak hanya melibatkan  ancaman peperangan militer yang berbahaya dan ekspansif, tetapi juga melibatkan ancaman propaganda digital yang mulai menyebar di seluruh dunia virtual sosial media, terutama di salah satu aplikasi sosial media terpopuler di seluruh dunia, TikTok. TikTok sendiri merupakan sosial media dengan pengguna yang mencapai jumlah milyaran yang terhubung dari berbagai kontinen di dunia, terutama kontinen Eropa itu sendiri. (Datareportal, 2025) Jadi potensi untuk memanipulasi jutaan pengguna sosial media oleh strategi propaganda digital dapat membahayakan aktor-aktor negara yang terlibat dalam konflik berskala internasional tersebut. 

Menurut analisis beberapa situs media seperti NBC dan BBC News, propaganda digital ini dikemukakan oleh sisi Rusia atau pemerintahan Kremlin dalam mengumpulkan dukungan politik secara internasional. Rusia mempunyai visi dan misi untuk mendapatkan dukungan melimpah dalam aksi invasinya terhadap Ukraina, TikTok merupakan wadah efektif untuk menyebarkan berbagai konten informatif dan akun buzzer dengan naratif pro-rusia yang banyak untuk menanam benih disinformasi dan propaganda di pemikiran masyarakat dunia, terutama masyarakat serikat eropa (European Union) untuk membantu Rusia menggulingkan bantuan internasional terhadap kedaulatan dan militer Ukraina. 

Sumber: Red Points
Sumber: Red Points

Strategi yang dilakukan oleh Rusia untuk menyebarkan propaganda di Tiktok adalah pembuatan akun-akun buzzer yang diestimasi berjumlah sekitar 13.000 di 2022, akun-akun ini bukan hanya berbeda dalam profil gambar atau biografi profil akun tersebut, tetapi dengan bahasa yang digunakan oleh setiap akun untuk mengemukakkan opini atau konten naratif pro-rusia. Akun-akun ini dibuat untuk menirukan bahasa dan status masyarakat dari negara-negara seperti Jerman, Prancis, Italia, Turki, Serbia, Czechia, Polandia, Yunani, dan berbagai negara-negara lain di Eropa maupun di luar kontinen Eropa. (Gilchrist, 2023)

Salah satu naratif yang disebarkan oleh akun-akun pro-rusia ini merupakan berita penggunaan dana donasi negara-negara barat untuk pembelian barang-barang luxury oleh pihak Ukraina, akun-akun ini memberi pernyataan versi mereka bahwa semua donasi dan bantuan dana oleh negara-negara luar tidak dipakai untuk pertahanan militer atau bantuan kemanusiaan internal, tetapi digunakan untuk membeli barang-barang mahal bagi para elit di Ukraina, propaganda ini berfungsi untuk menunjukkan “ sisi gelap “ Ukraina, memutarbalikkan opini dan bantuan komunitas internasional terhadap Ukraina untuk memudahkan konsolidasi kekuatan Rusia atas Ukraina itu sendiri melalui strategi propaganda siber dan untuk melemahkan kepercayaan nasionalisme masyarakat Ukraina terhadap pemerintahanya sendiri. (Robinson, 2023)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun