Mohon tunggu...
Suryaputra Wijaksana
Suryaputra Wijaksana Mohon Tunggu... Bankir - Economist

Surya adalah seorang ekonom di bank nasional, dengan spesialisasi di pasar keuangan dan makroekonomi. Ia lulus S1 di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan S2 dari Lee Kuan Yew School of Public Policy, National University of Singapore, Singapura. Ia menyukai menulis, membaca, berolahraga dan mendengarkan musik.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Konektivitas Sistem Pembayaran Regional: Cara Jitu Menggarap Potensi Kawasan ASEAN

7 Juni 2023   00:22 Diperbarui: 7 Juni 2023   00:26 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Kawasan ASEAN merupakan kawasan yang penuh potensi. Bila digabungkan, populasi dan ukuran output ekonomi masuk ke salah satu yang terbesar di dunia. Kawasan ini juga unik dengan kebijakan sentralitas ASEAN yang membebaskannya dari cengkeraman pertarungan geopolitik yang kini sedang terjadi. Namun akibat berbagai faktor, potensi tersebut relatif belum terjamah. Ini diindikasikan oleh perdagangan antara negara-negara ASEAN sendiri hanya sebesar 21.3% dari total perdagangan walaupun letak geografis yang relatif dekat.

Konektivitas Sistem Pembayaran Regional atau Regional Connectivity Settlement (RCS) merupakan langkah strategis Indonesia untuk merealisasikan potensi yang belum terjamah ini. RCS membangun suatu kerangka dimana transaksi antar negara ASEAN dapat diselesaikan dalam cara yang sudah terstandarisasi. Ini berbeda dengan cara penyelesaian sekarang dimana transaksi antar negara secara umum diselesaikan melalui perantara pihak ketiga yang berdenominasi Dolar AS dalam format yang berbeda-beda untuk setiap negara ASEAN.

Secara teknis, kerangka RCS merupakan kelanjutan pengembangan dari local currency settlement (LCS) yang sudah didirikan antara beberapa negara anggota ASEAN dimana dua negara anggota ASEAN dapat menyelesaikan transaksi dalam mata uang lokal, yang juga didukung oleh penyediaan mata uang lokal oleh bilateral swap.

Seperti  peribahasa lama sekali merengkuh  dayung, dua tiga pulau terlampaui, kerangka RCS dapat memberikan banyak manfaat bagi Indonesia dan kawasan secara keseluruhan. Pertama, RCS akan memberikan sebuah sistem pembayaran alternatif yang dapat mengantisipasi fragmentasi sistem pembayaran global masa kini yang berdasarkan Dolar AS yang tak lagi netral. Penggunaan mata uang lokal akan mendorong pertumbuhan likuiditas offshore dan mengerek permintaan untuk aset finansial dalam mata uang lokal.  

Sistem finansial baru ini dapat semakin mendorong momentum digital banking yang sedang mewabah di kawasan, mendorong efisiensi sistem perbankan Ditambah lagi, pengembangan QR code terstandarisasi mendukung pertumbuhan sektor keuangan bank dan non-bank di kawasan ASEAN, terutama perusahaan penyedia layanan pembayaran elektronik dan bank digital.

Kedua, RCS akan mempercepat proses integrasi ASEAN dengan meningkatkan interaksi ekonomi, baik di level konsumen dan bisnis  dan juga meningkatkan kepercayaan pada transaksi mata uang lokal. Khususnya interaksi konsumen RCS yang akan menggunakan QR code yang terstandarisasi dapat memberdayakan sektor informal dan UMKM yang menjadi kelebihan beberapa negara ASEAN, termasuk Indonesia.

Sementara itu interaksi bisnis menggunakan RCS diharapkan dapat meningkatkan efisiensi ekonomi ASEAN dan membantu dalam proses diversifikasi ekspor. Proses pembiasaan konsumen dan pelaku bisnis ini (market discovery) dapat mendorong perdagangan intra-ASEAN dan memperbesar kapasitas produksi kawasan.  Selain itu, RCS dapat meningkatkan aliran modal resmi antar negara ASEAN, mengurangi aliran dana illegal (illicit flows) yang selama ini masih terjadi.

Ketiga, RCS akan menjadi permulaan dari modal bagi kawasan ASEAN untuk menavigasi pertarungan geopolitik yang semakin kencang antara Amerika Serikat dan Tiongkok.  RCS akan memungkinkan negara-negara dengan neraca berjalan (current account) defisit dan surplus untuk saling membiayai dalam mata uang lokal maupun regional, perlahan-lahan mengurangi genggaman Dollar AS. Skema RCS akan memperkuat daya tawar negara-negara produsen komoditas seperti Indonesia ditengah krisis energi dan komoditas global .Singkat kata, RCS dapat menjadi simbol kesatuan dan sentralitas ASEAN yang juga memiliki daya tawar ekonomi yang cukup kuat.

Strategi RCS yang diinisiasikan oleh BI ini juga dapat dikatakan minim risiko jika dibandingkan dengan alternatifnya yakni mata uang tunggal kawasan ASEAN. Eksperimen mata uang tunggal, seperti Euro di kawasan Uni Eropa terbukti kompleks dan penuh tantangan. Pergerakan terkoordinasi menuju mata uang tunggal memerlukan konvergensi berbagai indikator antara lain: inflasi, pergerakan nilai tukar, pasar tenaga kerja dan struktur ekonomi.

Hal ini akan sangat sulit diimplementasikan di kawasan ASEAN yang dicirikan oleh keberagaman perkembangan ekonomi yang tajam antara negara anggotanya. Kemungkinan besar suatu mata uang tunggal akan menyebabkan tekanan inflasi maupun disinflasi bagi negara-negara tertentu yang akan menyulitkan perkembangan ekonomi.

Maka dengan itu baiknya momentum ke ketuaan Indonesia di kawasan ASEAN dapat menjadi titik balik untuk integrasi kawasan ASEAN yang lebih kuat. Interaksi antara konsumen, pelaku bisnis dan pemerintah melalui RCS dapat meningkatkan produksi dan permintaan barang, memperdalam pasar finansial dan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tangguh dan berkelanjutan di tengah gejolak geopolitik global.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun