Mohon tunggu...
Novicca V Suryatmadja
Novicca V Suryatmadja Mohon Tunggu... -

Boots and leather goods.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apartemen vs Orang Kepo

30 Januari 2018   20:23 Diperbarui: 31 Januari 2018   08:03 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image result for apartemen studio room


Sejak kecil, saya memang bercita-cita untuk tinggal di apartemen saja ketimbang rumah tapak. Alasannya simpel sekali, bisa melihat pemandangan bagus karena tinggi dan apartemen di film-film itu terlihat bagus. Makin bertambah umur, alasan saya pengen tinggal di apartemen jadi bertambah. Salah satunya adalah karena saya tipe orang yang malas beramah-tamah dengan tetangga.

Kalau mendengar kalimat "kompleks perumahan", saya langsung membayangkan kompleks perumahan dengan ibu-ibu yang ngerumpi di depan gerobak sayur keliling. Dan jika sekumpulan emak-emak sudah berkumpul, kemungkinan besar mereka akan mulai bergosip soal lingkungan rumah. Dengan perilaku saya yang malas beramah-tamah, sudah jelas kayaknya saya bakal menjadi bagian bahan gosip.

"Eh, yang tinggal di rumah pojokan itu lho, sombong banget dah kagak pernah ngumpul ngobrol sama kita-kita. Kalau lewat palingan senyum dan ngangguk saja, gak pakai basa-basi apa kek gitu".

Iya, kira-kira begitu percakapan yang saya bayangkan. Dan kemudian hasil akhirnya justru saya bakal makin malas beramah-tamah. Saya sendiri saja udah eneg membayangkan diri sendiri beramah-tamah seperti, "Pagi! Bunganya subur ya, Bu? Anak-anak apa kabar? Btw, kemarin habis beli kulkas baru ya, Bu? Blablabla...".

No, thanks! Saya bukan tipe orang yang senang berbual-bual gitu!

Makanya saya pengen di apartemen saja karena penghuni apartemen biasanya lebih selow dan gak terlalu senang kepo sama tetangga. Mungkin karena gak ada teras atau halaman depan rumah untuk tempat beraktivitas yang memungkinkan sering ketemu tetangga kali, ye. Kan buka pintu langsung lorong saja, paling banter senyum sekilas saja sama penghuni lain kalau kebetulan berpapasan atau satu lift.

Apalagi nih, apartemen kan biasanya punya fasilitas yang lumayan lengkap seperti kolam renang, gym, atau jogging track. Kan lumayan saya gak perlu keluar uang untuk jadi member gym. Setidaknya saya sudah disediakan fasilitas, tinggal bergantung pada kekuatan tekad saja.

Ngomong-ngomong, saya sudah 6 tahun ngekos dan emang senang-senang aja jadi anak kos karena depan kos selalu dipenuhi abang-abang gerobakan. Kalau lapar tinggal buka pintu depan dan ada gerobak ketoprak, bubur ayam, bakwan malang, atau tukang apalah yang kebetulan lewat dan ikutan mangkal. 

Mantep, toh? Tapi karena adik saya mulai kuliah tahun ini, maka pikir-pikir mungkin sebaiknya nyewa apartemen dengan 2 bedroom saja untuk menghemat biaya. Yang penting gak usah sering-sering mesti bersosialisasi dengan tetangga!

Beberapa teman sih bilang mending cari apartemen yang di daerah Tanjung Duren saja, yang dekat mall itu karena lokasinya yang strategis. Karena dekat mall, jadi gampang kalau mau belanja atau nonton bioskop, dekat halte Transjakarta, dekat Tanjung Duren yang pusat kuliner, juga dekat kantor saya dan kampus adik saya. Jadilah saya berpetualang di Google mencari iklan sewa apartemen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun