Mohon tunggu...
Panuntun
Panuntun Mohon Tunggu... Petani - Petani yang hobbi menulis

Seorang Petani yang tinggal di pedesaan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"The Dereppers", Orang Kaya Kok Derep

20 Juli 2020   13:16 Diperbarui: 20 Juli 2020   13:05 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

THE DEREPERS.
.
*Wong wis Sugih kok sik Derep*

Hai kompasiner..,

Adakah yang belum tahu apa itu DEREP.

Derep adalah aktivitas atau pekerjaan memetik tanaman padi yg sudah siap panen. Aktivitas derep dimulai dengan memotong tanaman padi (ngerit) lalu merontokkan bulir bulir padi dari batang padinya/damen hingga menjadi butiran gabah.
.
Derep umumnya dilakukan oleh para buruh tani sepertiku ini atau orang yang memang terbiasa mencari nafkah tambahan walau hanya secara musiman saja. Sedang Upah para pekerja Derep ini biasanya berupa gabah (istilahnya bawon) yang jumlah upah atau bawonnya bervariasi jumlahnya.
.
Dilingkunganku, yang umum bawon pekerja derep adalah "moro songo" (semisal saja derep dapat 9 kwintal gabah maka bawon atau upahnya adalah 1 kwintal gabah).

Untuk ukuran kehidupan didesa yang penuh kesederhanaan, penghasilan dari kerja derep terhitung lumayan besar karena hasil atau upah dari derep yang berujud bawon gabah itu apabila dikonversikan dalam rupiah nilainya bisa mencapai kisaran 100 s/d 150 ribu rupiah.
.
Karena penghasilan yang besar dan menjanjikan inilah para buruh tani, pekerja serabutan, anak anak muda pedesaan bahkan para petani yg lahan sawahnya sempit selalu menyempatkan diri untuk beramai ramai ikut menambah rejeki dan penghasilan dari kerja Derep.
.
Dulu...., sekitar beberapa tahun yang lalu,
Aku mempunyai satu komunitas kecil yang aku namakan dengan "The DEREPERS", nama yang mungkin sedikit alay atau bahkan terlalu milenial untuk ukuran didesa, tapi apa salahnya, toh apalah arti sebuah nama selain hanya sebagai tanda belaka.

Dan sesuai namanya, komunitas kecilku ini memang berprofesi sebagai "PEMBURU BAWON" atau profesi musiman yang berusaha mengais rejeki melalui kerja derep.

The Derepers selalu menanti datangnya musim panen padi tiba. Hamparan persawahan yang mulai menguning, bulir bulir padi yang terlihat padat berisi atau batang batang padi yang terlihat melengkung menunduk dan saling berdesakan didalam kelebatan masing masing rumpunnya adalah pemandangan indah yang seolah mampu mengembangkan harapan bagi para Derepers.
.
Derepers seolah tinggal menghitung hari dalam menanti datangnya musim panen tiba. Dan penantian tersebut berubah menjadi kegembiraan disaat panen padi benar benar telah tiba apalagi setelah para Derepers resmi mendapat order dari pemilik sawah untuk memanen padinya.

Persawahan seketika menjadi semarak dengan para derepers. Nyanyian kegembiraan terdengar disana sini mengalahkan rasa gatal, panas dan penat diseluruh tubuh.

Meski nyanyian Derepers terdengar parau karena suaranya yang serak serak cempreng dan terkadang justru malah menyakiti telinga, tapi siapa yang peduli, toh itulah salah satu ungkapan kebahagiaan dari para Derepers.
.
Sring..sring.., Suara sabit mulai terdengar membabat rumpun padi. Tak lama sesudahnya terdengar suara mesin diesel kecil dari sebuah "Erek" (istilah ditempatku utk menyebut mesin perontok padi sederhana).

Disisi lain terdengar suara...pyok...pyok...pyok... Derepers lain terlihat merontokkan padinya dengan alat tradisional yg disebut dongkrak (gepyok).

Kegembiraan disaat musim panen itu telah berlangsung bertahun tahun lamanya. Para derepers riang gembira menikmati bawon derepnya dan para pemilik sawahpun gembira menikmati hasil panennya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun