Mohon tunggu...
Surtini Hadi
Surtini Hadi Mohon Tunggu... Lainnya - kebermanfaatan

Ibu Rumah Tangga, tinggal di Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kentut Murobbi

9 Mei 2015   21:57 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:12 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Namanya murobbi, doa bapaknya, mudah-mudahandia jadi guru. Ya, tapi bukan salah bapak berdoa, sehari-harinya membualjadi hobi.Pagi ini orang-orang menunggunya, menebak-nebak kira-kira tentang apalagi. Wajahnya nampak cengar-cengir, seperti habis nyogokoknum polisi karena kena tilang.

“Wahai Murobi apa yang dasyat pagi ini?”

“Tentang kentut, ehm..ya kentut”

Ah, Kurang ajar betul dia bawa-bawa kentut ke meja kedaiku.

“ Tak usahlah gusar “, Murobbi seperti membaca pikiranku.

“ Hidup kalian tak akan berkualias tanpa kentut. Bicara kentut juga butuh ilmu. Ini bukan bualan, tapi riset yang pakai metodologi”, Murobbi mulai meyakinkan jamaah bualannya.

“ Yang ini bukan sembarang kentut, tapi kentutnya pejabat dan orang berduit . Saya bahkan memilih responden yang memiliki good attitude dan sudah lulus sekolah kepribadian”.

“ Ah, bukannya kentut itu sama saja. Kentutya kentut, barang sisa, sampah!”

“ Iya, bau ya tetap bau, ampas”.

Jamaah mulai gelisah dengan penjelasan Murobbi yang terkesan berlebihan dan tak masuk akal.

“ Wee…lha ini orang yang kualitas keilmuannya rendah. Namanya sampah, kalau orang bermartabat ya tetap dipisah-pisah. Organik , non organik, plastik dan barang berbahaya. Begitu pula kentut”, sanggah Murobbi.

“ Jadi soal kentut pun, mereka tak mau kalah dan kelihatan tak bermartabat. Dan soal kentut pun, butuh kebohongan. Citra kentut high class harus di internalisasi terus menerus kepada rakyat”.

“Ya ampuun, Cuma soal kentut?”

“ Ya, jadi jangan marah dan gusar kalaukaliandapat umpatan , ‘kentut kamu!’. Siapa tahu yang mereka maksud adalah kentut yang high class tapi low profil “.

Nah sekarang perhatikan baik-baik,yang membedakan kentut mereka dengan kita:

1.Kualitas, dilihat dari asupan gizinya

2.Momentum, ini soal managemen pengeluarannya

3.Keikhlasannya, ini sebenarnya yang kita miliki, tapi tidak bagi mereka.

Bayangkan, mereka punya kentut yang berkualitas. Jadi sayang juga kan dibuang-buang. Apalagi disembarang tempat. Ini juga yang menentukan kadar bau atau tidaknya.

Jamaah bualan manggut-manggut , sebegitu dasyatnya urusan kentut ditangan murobi. Tapi sebenarnya bingung, masak sih segitunya. Murobbi menghirup napas dalam-dalam, Menikmati aroma luar biasa—padahal kopi didepan kami sudah takmengepul lagi.

Kalian tak mencium bau ini?”, jamaah bualan menggeleng, penasaran.Lha ini, kentutdengan cita rasa tinggi. Pas kadarnya, pas momentumnya, low profil dan ikhlas..khlas..khlas..

Jamah bualan tertawa terpingkal-pingkal. Lalu setelah mereda, mereka meminum kopi yang sudah terkontaminasi kentut low profil tadi.Suasana jadi sepi tapi melegakan, menunggu sang morobbi berkhotbah lagi.

Tapi mereka terkesima olehsuara dayu-dayu, layaknya seruling bambu yang yuuhuuu..., lagu menunggunya raja dangdut itu. Lalu serentak mereka menatapku, terpingkal-pingkal setengah mati

Murobbi tersenyum-senyum dan berkhotbah lagi, “ yang ini, kentut ikhlas pemilik kedai. Tidak orisinil sih, tapi tetap luar biasa. Karena mampu mengabsorbsi banyak ide dan gagasan yang mengalami pergulatan keras di kedai ini, kentut yang cukup terbuka terhdap ide dan hal-hal baru. Tidak fanatik”.

Sialan murobbi, kalau tidak karena dia punya banyak jamaah yang menjadi pelangganku, sudah kusomasi dia dengan catatan utang yang panjang kayak ular itu. Huuh..entut tenan!!!

Murobbi, masih terus melakukan agitasi tentang kentut. Dalam benak jamaahnya, mungkin kedai kopi ini sudah serasa ruang kuliah dan sang dosen dengan kapasitas keilmuan yang tidak diragukan lagi, sedang menjelaskan mata kuliah filsafat sub pokok bahasan filosofi kentut, dengan bobot kredit 4 sks. Alammaak..

***

Konyolnya, kelas pagi itu tidak berakhir begitu saja. Sang dosen, Murobbi memberikan tugas terstruktur kepada mahasiswanya.”Untuk menguji pemahaman kalian tentang materi yang saya sampaikan”. Tugas itu disusun rapi dengan instruksi langsung dari Murobbi. Mereka membentuk semacam tim untuk research lanjutan. Namanya TSK, Tim Survey Kentut.

TSK inilah, yang nanti beraksi dan memaparkan hasilnya di Koran desa. Hasilnya menggemparkan.Pas sekali momentumnya dengan pesta demokrasi untuk pemilihan pemimpin republik ini, jadi agak tak mencolok gerakan TSK, kalah pamor dengan lembaga-lembaga survey yang dimiliki tokoh-tokoh politik maupun yangidependen. Tapi pagi itu, memasuki masa tenang —dan hasil survey yang paling menggemparkan adalah milik TSK.

Metode yang digunakan TSK adalah observasi/pengamatan, pengintaian, pengawasan dengan diam-diam, maupun dengan terang-terangan. Masa observasi adalah selama masa kampanye berlangsung, dimana para kandidat pemimpin bangsa juga tim suksesnya berkampanye .

Maksud diumumkannya hasil TSK juga sebagai pertimbangan bagi para konstituen, agar tak salah memilih pemimpin.Yang mengejutkan, dari hampirkeseluruhanobyek observasi, kentut tidak berbunyi, dengan tingkat bau bervariasi.

Sebenarnya, sebelum hasil itu dipublikasikan—sempat ada kandidat-kandidat yangmengetahui proyek TSK, menemui Murobbi dan memohon untuk tidak mempublikasikannya, dengan imbalan tertentu. Tapi disinilah reputasi TSK diuji dan dipertahankan. Mereka sudah bersepakat, sehidup sekedai, seminum-minum kopi dan seobaral-obrol, pokoknya biar miskin asal bisa ngebon di kedai..hehe!”.

***

Pagi ini, setelah dua hari tutup, kedai bang murod seperti terlahir kembali. Dia bersama TSK membenahi kedai, dari membersihkan, mengecat dengan warna krem cerah dindingnya,coklat tua pada kusen jendela dan pintunya. Kursi dan meja diplitur coklat, murahan.

Semalaman sambil minum kopi di rumah, mereka berdebat alot tentang desain kedai dan sebuah meja dengan 4 kursi, yang akan mengambil tempat dari sebagian kedai. Juga2 papan nama di depan kedai, “Kedai Kopi Bang Murod” dan satu papan nama berukuran minimalis 75x30cm, bertuliskan “Kentutologi Institute” dengan mencantumkan no hp dan motto :Memaknai hidup dengan kualitas”.

Sudar dan agus sudah sejak jam 7 tadi, duduk manis dengan buku tulis di depannya, pulpen dan setumpuk kertas persegiempat berukuran kecil, yang mereka sebut kartu request. Dan Handphone yang tat tit tut, suara sms. Sukses penerbitan perdana hasil survei, membuat TSK merangsek majumembuktikan bahwa temuan mereka bukan sekedar bualan. Pokonya ini adalah anti tesis, bagi mereka yang menganggap murobbi tukang bual. Maka mereka membentuk pusat studi kentut.

Diluar dugaan, peminatnya banyak sekali. Maka jadilah kedaiini sebagai kantor mereka, dengan sisitem sewa. Agus dan sudar full time kerja untuk TSK. Sedang yang lain part time saja, sore hari. Murobbi juga datang seperti biasa. Katanya jangan sampai proyek kentut ini merubah suasana . Hanya saja, kata orang-orang dia sekarang lebih sering ke kota, ke perpustakaan daerah juga ke perpustakaan sebuah sekolah tinggi.

Dan memang, perubahan adalah sebuah keniscayaan, tak dapat dielakkan. Disana-sini menjamur lembaga surveikentut, konsultan kentut, LSMkentut yang permodalannya disuntik oleh pejabat-pejabat yang berkepentingan menjaga nama baik dan kentutnya.

Salatiga, medio April 2015

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun