Mohon tunggu...
Surtini Hadi
Surtini Hadi Mohon Tunggu... Lainnya - kebermanfaatan

Ibu Rumah Tangga, tinggal di Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Doa yang Makin Panjang

4 Desember 2015   21:36 Diperbarui: 4 Desember 2015   21:49 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption=""niniku" --taufik hidayat"][/caption]Akhirnya, kita tumbuh menua. Seluruh masa dan ruang yang pernah kita lalui, mengabarkan kematian. Ya, kematian tokoh-tokoh yang (mungkin) dekat sekali, pernah dekat, pernah bermusuhan, istimewa dan lain-lain kadarnya- dengan kita.

Setiap kabar kematian berhembus, Tuhan sepertinya memastikan, bahwa antrian semakin dekat. Maju selangkah demi selangkah, tanpa kita tahu siapa urutan didepan kita. Ketika jenazah siap diberangkatkan, dan kita dimintai kesaksian atasnya, degup jantung kita makin kencang meniup-niupkan kecemasan. Bersama gemuruh  koor “ baiiiiikkk…!!!” , Pak Kyai mengakhiri khutbahnya dengan “ kita tidak tahu kapan dan dimana kita akan mati, tapi kita boleh meminta pada Tuhan agar membaikkan cara dan keimanan kita saat kematian datang “.

Semakin menua, doa kita semakin panjang. Doa khusus bagi orang-orang yang mendapat kematian lebih dahulu. Doa tentang bagaimana kita mempersiapkan sebuah kematian, doa tentang keselamatan, kesalihan, istiqomah dan khusnul khotimah. Doa akan sebuah pertemuan, setelah kematian.

Selamat jalan, sahabat, keluarga, guru, tetangga, dan saudara dalam islam-- yang telah mendapat kematian terlebih dahulu. Doa ‘wabil khusus’ku makin panjang untuk kalian.

 

Salatiga, Hujan November 2015

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun