Mohon tunggu...
Surtini Hadi
Surtini Hadi Mohon Tunggu... Lainnya - kebermanfaatan

Ibu Rumah Tangga, tinggal di Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Perempuan-Perempuan Barak (2): Krim Dokter dan Impian tentang Rumah

3 Mei 2015   21:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:25 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1430664336240346280

Kumandange RRI Suraboyo, Pro 4 AM 585

Acarane seni budoyo ugo woro-woro

Agama lan liyo-liyo

Yo ayo podo dirungokno AM 585 RRI Suroboyo..yo, yo ngono yo…

Siang begini, panasnya begitu menyengat. Duduk di teras barak—sebab di dalam serasa makin terbakar,atap seng memang aduhai bikin kepanasan. Kipas-kipas, mengelap bedak dingin yang berleleran di wajah selepas kerja di kebun sawit. Lalu segelas besar kukubima dengan es batu, membasahi tenggorokan.

Sesekali memegangi antena radio kecil yang kresak-kresek bunyinya. Yang tertangkap ya hanya gelombang 585Am itu.Dengan 2 batere besar, radio ini salah satu yang bisa diandalkan sebagai hiburan disiang hari. Sore sekitar jam 6, listrik dengan tenaga diesel milik perusahaan, baru menyala. Dan, berbagai-bagai sinetron menjadi penghibur dan penumbuh subursemangat konsumtif.

----

Perempuan-perempuan yang pada pagi buta, dengan kostum kebesarannya : baju dan celana panjang, penutup kepala, masker putih/kuning juga sepatu karet, berkumpul di depan kantor divisi plasma. Menunggu truk yang sedang dipanaskan mesinnya.

Wajah-wajahyang sudah tersembunyi dibalik masker itu,masihmereka lumuri bedak dingin merek bunga tanjung yang dipercaya untuk mengurangi panas sengatan matahari . Dan satu kosmetik andalan lainnya dipakai pada malam hari sewaktu tidur yaitu krim pemutih merek ‘krim dokter’seharga sepuluh ribu rupiah.

Berprofesi sebagai pekerja perkebunan kelapa sawit, tak banyak yang bisa dilakukan oleh perempuan. Sepanjang masa tanam sampai panen, hanya adabeberapa pekerjaan sepertinyemprot, manen, mbrondol atau mupuk.Manen ataumbrondolmendapat upah Rp 36.000,00/ hari, sedangkan nyemprot mendapat upah Rp 38.000,00/hari ditambah susu tetapi dengan resiko lebih berat yaitu terpapar langsung racun pestisida.

Dengan upah yang dibayarkandua minggu sekali, perempuan-perempuan barak juga memiliki sebuah catatan yang harus dibereskan tepat pada hari upah tersebutdibayarkan. Tak lain adalah catatan bon di warung pak mandor. Dengan harga-harga kebutuhan yang melangit, upahnya tidak banyaktersisa : untuk membeli persediaan bedak dingin dan krim dokter , juga disimpan didompet sebagai pancingan.

Harapan untuk memiliki rumah juga lahan sendiri semakin pupus, hidup dan kehidupan mereka adalah bertahan semata.

***

Dan banyakperempuan di bumi ini yang harus bernasib sama seperti perempuan-perempuan barak. Keanekaragaman yang merupakan prinsip dari kerja dan pengetahuan perempuan, dihancurkan. Perempuan memproduksi, mengembangkan kembali, mengkonsumsi serta melestarikan keanekaragaman hayati dalam bidang pertanian. Namun, dalam masyarakat kebanyakan, peranan mereka dianggap sebagai non kerja dan non pengetahuan.

Di negara dunia ketiga ini, perempuan berproduksi lewat keanekaragaman hayati, sedangkan ilmuwan yang mengabdi pada perusahaan berproduksi lewat penyeragaman. Bagi petani perempuan, keanekaragaman hayati memiliki nilai hakihi, bagi perusahaan bibit dan pertanian global hanya dinilai sebagai ‘bahan baku’ industri bioteknologi.

Monokultur varietas bibit unggul,mengakibatkan kekurangan dan ketidakseimbangan nutrisi. Tanaman monokultur dengan menggunakan pupuk kimia juga menghancurkan basis kesuburan tanah. Dan pada akhirnya, pembelian bibit merubah posisi perempuan dari mereka yang pada awalnya membuat keputusan memelihara dan mengembangkanbibit sendirimenjadi pekerja yang tak punya keahlian. (vandana shiva-maria mies, ecofeminism, 2005)

Salatiga, 2015 (dari catatan harian tahun 2009 di kota waringin barat-kalteng)

*) barak adalah rumah panggung yang terbuat dari papan,panjang dan bersekat-sekat. Disediakan oleh perusahaan ( perkebunan sawit), tempati para pekerja dan keluarganya.

Manen : memanen /memetik buah sawit

Nyemprot : menyemprot pestisida

Mbrondol : memunguti buah sawit yang jatuh ketika dipanen

Mupuk : menabur pupuk

Baca juga : http://fiksi.kompasiana.com/puisi/2011/06/30/perempuan-perempuan-barak-375492.html

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun