Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok mungkin salah satu pejabat negara yang paling banyak diliput media. Sikapnya yang ceplas-ceplos dan tegas dalam memperbaiki kondisi Jakarta membuat sebagian orang kagum.
[caption id="attachment_343768" align="alignnone" width="233" caption="sumber gambar : http://image1.frequency.com"][/caption]
Jika mengikuti berbagai pernyataan Ahok, saya melihat bahwa sikap Ahok tidak terlepas dari akar adat dan budaya Ahok sebagai Tionghoa.
Menurut Kamus Bahasa Indonesia online, adat-istiadat berarti tata kelakauan yang kekal dan turun-temurun dari generasi satu ke generasi lain sebagai warisan sehingga kuat integrasinya dengan pola perilaku masyarakat, sedangkan budaya selain mempunyai arti adat istiadat juga berarti adalah sesuatu yang sudah sukar diubah[1]. Menurut pengertian ini, dapat dikatakan bahwa adat-istiadat bersifat turun-temurun yang diajarkan oleh pendahulu atau orang tua kepada keturunanya. Secara sadar atau tidak adat-budaya mempunyai pengaruh besar dalam membentuk sikap dan tingkah laku satu orang atau sekelompok orang terkait dengan nilai yang diturunkan
Sebagai Tionghoa Ahok tidak pernah melupakan ajaran tentang bakti kepada orang tua. Hal ini berakar dari tradisi dari Tiongkok berupa penyembahan leluhur. Penyembahan leluhur sendiri diduga lebih tua dari agama asli Cina (Kong Hu Cu, Tao dan Budha). Â Ahok dapat dipastikan tidak akan melakukan penyembahan leluhur karena tidak diperbolehkan oleh Agama Kristen yang dianutnya, tetapi budaya dan adat istiadat yang diajarkan oleh orang tua dan kerabat lain yang lebih tua masih melekat dalam dirinya.
Dalam sebuah pernyataanya dalam acara Kick Andy beberapa waktu yang lalu, Ahok, melakukan semua ini agar bisa dikenang oleh keturunanya sebagai orang yang sudah memperbaiki kondisi Jakarta yang korup dan semrawut.
Bagaimana dengan Tionghoa yang lain yang sikap hidupnya berlawanan dengan Ahok. Suatu saat nanti saya akan membahasnya.
[1]. http://kamusbahasaindonesia.org