Mohon tunggu...
Anton Surya
Anton Surya Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengelana

Pengelana

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Antara Taliban, Uighur dan China

23 Agustus 2021   16:22 Diperbarui: 23 Agustus 2021   16:26 782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kejatuhan Kabul, 15 agustus 2021 menandai era berkuasanya Taliban di Afghanistan. China sebagai negara tetangga yang berbatasan langsung dengan Afghanistan memanfaatkan kesempatan untuk menjalin hubungan dengan Afghanistan.

China memiliki akses darat melalui jalur sempit yang dinamakan Wakhan Corridor (masih dalam penguasaan Aliansi Utara) sehingga memudahkan hubungan dengan Afghanistan. Dalam sejarahnya (monarki) Afghanistan adalah pendukung kemerdekaan Turkestan Timur (Uighur). Selama berdekade Afghanistan adalah negara transit pelarian kaum Uighur sebelum menuju negara ketiga,

Negara ketiga yang dituju orang Uighur pada masa lalu adalah Turki, dimana pada periode pemerintahan pra-Erdogan sangat "welcome" dengan Uighur. Turki menjadi surga bagi kaum Uighur pelarian, karenanya banyak orang Uighur hidup damai dan bisa melestarikan budaya dan bahasa mereka. Bahkan seorang Uighur, Mehmet Riza Bekin, kelahiran Khotan, Xinjiang (China) bisa meniti karir hingga menjadi mayor jenderal dalam Angkatan Darat Turki.

Tetapi saat Turki mengalami krisis ekonomi, China datang membantu tentu saja dengan syarat pemerintah Turki meredam gerakan kemerdekaan Turkestan Timur (Uighur-Xinjiang). Karena tekanan ekonomi yang berat Turki setuju dengan syarat China. Satu langkah China bisa memenangkan perang di jalur diplomasi.  

Kini China cukup jeli melihat Taliban yang akan menjadi penguasa baru Afghanistan. Menurut beberapa sumber Mentri luar negeri China sudah menemui secara langsung dengan pemimpin Taliban sebelum Kabul dikuasai.

China tentu punya motivasi besar untuk menjalin hubungan secara mendalam dengan Afghanistan. Selain motif ekonomi, China mempunyai motif politik. Afghanistan diketahui memiliki kandung "rare earth" (Logam Tanah Jarang), juga bisa membuka memperlancar OBOR (one belt one road) atau yang dikenal sebagai jalur sutera baru.

Selain China juga bisa membersihkan namanya di dunia Islam karena masalah pelanggaran hak asasi manusia kepada kaum muslim Uighur di Xinjiang yang pada masa sebelumnya mustahil dilakukan karena pemerintahan Afghanistan di dukung oleh Amerika. 

Uighur selalu mejadi isu besar yang menjadi penghalang China dalam mengembangkan sayap ekonominya. Pelanggaran HAM secara massif terhadap Kaum Uighur selalu diangkat negara barat (terutama Amerika) untuk menghambat pengaruh China di dunia, terutama di negara-negara Islam.

Harapan China dengan bantuan Taliban, China bisa mengeluarkan duri dalam daging masalah Uighur. Kesempatan untuk bekerja sama dengan pemerintahan Taliban adalah kesempatan emas bagi China untuk memuluskan rencananya. Tidak ada makan siang gratis

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun