Mohon tunggu...
Anton Surya
Anton Surya Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengelana

Pengelana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bhutan, Negara Buddhis yang Peduli Kebahagiaan Bukan Pendapatan

26 Mei 2021   10:42 Diperbarui: 26 Mei 2021   10:53 958
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bhutan adalah sedikit negara yang penduduknya mayoritas Buddha. Bhutan terletak di pegunungan Himalaya yang tidak memiliki batas laut karena seluruh wilayahnya adalah daratan serta berbatasan langsung dengan India dan Cina. 

Bhutan adalah negara anomali di era kini, jika rakyat negara-negara lain menuntut demokrasi, rakyat Bhutan sebaliknya. Demikian juga jika negara lain menuntut kenaikan PDB (Produk Domestik Bruto), Bhutan lebih memilih Kebahagiaan Nasional Bruto.

Satu hal yang menarik Bhutan adalah negara yang menjalankan nilai-nilai Buddhis dalam kehidupan sehari-harinya. Di negara ini jarang sekali ditemukan restoran yang menyediakan daging sebagai menu makanan. 

Menurut seorang Thailand yang membuka restoran di Bhutan bahwa sulit sekali menemukan orang yang menjual daging di negara itu karena mereka menjalankan prinsip Buddha yang melarang pembunuhan makhluk hidup. Daging lebih banyak diimpor dari India. Produk hewani yang umum ditemukan adalah susu, keju dan telur. 

Sistem pemerintahan Bhutan adalah monarki yang dipimpin seorang raja yang bernama Jigme Khesar Namgyel Wangchuck. Prinsip Buddhis yang penuh kasih dijalankan oleh sang raja sebelum dia, sehingga Bhutan menjadi negara yang damai. Seperti layaknya negeri Dongeng Bhuta diperintah raja yang arif dan bijaksana sehingga rakyat menjadi berkecukupan dan makmur serta yang lebih penting lagi adalah bahagia. Sang Raja dan Permaisuri Bhutan hingga kini memberikan teladan hidup sederhana dan merakyat kepada bangsanya.

Berbeda dengan negara lain rakyat Bhutan menolak negaranya menjadi demokrasi, karena rakyat merasa sudah merasa nyaman dengan sistem monarki absulot. Rakyat Bhutan Khawatir jika negaranya menjadi demokrasi akan terjadi banyak KKN. 

Tetapi raja tetap menghendaki Bhutan menjadi negara demokrasi. Raja harus bekerja keras meyakinkan rakyatnya dengan berkeliling ke seluruh negeri untuk mengkampanyekan demokrasi sehingga sedikit demi sedikit rakyat mulai menerima sehingga Bhutan kini menjadi negara Monarki Semikonstitusinal dengan raja memberikan sebagian otoritasnya kepada perdana mentri dimana perdana mentri harus mempertanggungjawabkan pemerintahnya kepada raja dan parlemen yang dipilih langsung oleh rakyat.

Secara ekonomi Bhutan mampu bangkit dari salah satu negara termiskin didunia menjadi negara terkaya di Asia Selatan. Pada tahun 2006 Bhutan mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang spektakuler hingga diatas 10 persen. 

Hingga kini Bhutan diperkirakan memiliki pendapat perkapita sekitar $ 8.000,- jauh di atas Indonesia. Salah satu wartawan ekonomi dari Eropah mengatakan bahwa Bhutan memiliki perkembangan ekonomi yang kurang maksimal, tetapi Sang Raja menjawab bahwa Bhutan lebih mementingkan kebahagiaan rakyatnya daripada mengejar pertumbuhan ekonomi. 

Pendidikan di Bhutan lebih ditekan pada aspek budaya dan pengenalan nilai buddhis. Sehingga budaya lokal dan pendidikan berjalan seiring di Bhutan,  meski demikian Bhutan banyak mengirimkan warganya sekolah ke universitas terbaik di dunia. Tidak heran jika Bhutan memiliki warganya alumni dari Harvard. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun