Mohon tunggu...
Anton Surya
Anton Surya Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengelana

Pengelana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kearifan Lokal Dayak Mampu Menghadapi Wabah Corona

9 April 2020   12:21 Diperbarui: 9 April 2020   15:07 591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pabayo, Tanda suatu kampung sedang lockdown (suara.com)

Sejak wabah pandemi Corona merebak dan masuk ke negeri kita, membuat semua segi kehidupan berubah. Semua wilayah Indonesia terdampak, tidak terkecuali Kalimantan. Semua propinsi di Pulau Kalimantan bahkan negara tetangga yang letaknya satu pulau, seperti Sabah, Sarawak, Brunei Darulsasalam sudah terdapat pasien positip Covid-19. 

Orang Dayak sendiri sudah sejak lama memiliki kearifan lokal dalam menghadapi wabah penyakit tidak terkecuali corona atu yang lebih dikenal sebagai Covid-19. Dalam tradisi Dayak ada istilah lockdown kampung yang disetiap sub suku berbeda namanya. 

Di sub suku Dayak Kanayatn dikenal sebagai Balalak, di Dayak Bakati dikenal sebagai Basamsam, di Dayak Iban umum dikenal sebagai Bapantang. Semuanya mengacu pada penutupan kampung secara total. 

Tidak heran kini hampir semua kampung Dayak sudah mengadakan ritual penutupan kampung atau lockdown. Lockdown sendiri diadakan untuk setelah dilakukan musyawarah atau rapat adat yang dihadiri semua elemen kampung, yaitu pemuka adat, tokoh masyarakat yang didalamnya ada tenaga kesehatan dan juga tokoh pemuda serta elemen lain yang dianggap berkepentingan. 

Lumbung Padi Dayak Khas Kalimantan Barat (Dok.Pri)
Lumbung Padi Dayak Khas Kalimantan Barat (Dok.Pri)
Umumnya lockdown diadakan hanya sekitar 4 sampai 7 hari, tetapi kini lockdown hingga lebih dari itu. Tetapi bagi orang Dayak tidak perlu kuatir karena mereka juga punya kearifan lokal berupa berladang dan menyimpan pada dalam lumbung untuk satu tahun. 

Lumbung padi umum di jumpai di setiap kampung Dayak. biasanya berada di depan rumah. Bagaimana dengan kebutuhan lauk-pauk dan sayuran, mereka biasanya menanam sayur di sekeliling rumah sedangkan lauk pauk mereka memelihara ayam, babi dan itik sebagai tabungan yang akan digunakan saat dibutuhkan. 

Untuk Beberapa kampung mereka masih memelihara dan menjaga "Hutan Tua" sebagai tempat dimana hewan liar hidup. Dahulu Hutan Tua dianggap sebagai wilayah "Angker." Tetapi kini Hutan Tua sendiri dijaga sebagai kawasan konservasi dimana tidak sembarangan orang bisa masuk. Hukum Adat yang menjaga keberadaan hutan tua.


Pada masa berladang (biasanya sekitar bulan Mei-Juni), semua masyarakat Dayak turun ke ladang untuk menyiapkan lahan untuk ditanami padi. Mereka bergotong royong membuka lahan dengan cara membakar. 


Budaya Bakar Lahan seringkali dituduh sebagai penyebab kebakaran hutan, tetapi hal itu tidak benar karena sejak jaman dahulu orang Dayak sudah mengenal teknik membakar lahan yang aman. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun