Dimas dan Arini
"Mas aku dipanggil ibuku untuk pulang." Saat Arin bertemu Dimas
"kamu mau ajak saya, untuk diperkenalkan kepada orang tuamu?"
"bukan itu maksudku, aku pulang dipanggil ibu untuk dinikahkan"
Dimas terperanggah dan sejenak tidak bisa berkata apa-apa, "apa? Kamu mau menikah? Mengapa tidak kamu beritahu sejak dulu?"
"Lantas kalau aku beri tahu sejak dulu, kamu mau putus? Kamu saja saat nembak aku tidak pernah memberi kesempatan. Lihat langsung mengatakan cinta, kini saat aku mau menikah dengan orang lain kamu marah-marah. Begini ya ternyata kamu ?" jawab Arini sambil menangis tersedu-sedu
"ok...ok... Arini. Sekarang kamu ceritakan siapa calon suami itu yang tiba-tiba merampas kekasihku" sergah Dimas
"Bukan dia yang mau merampas aku, tetapi kamu yang mencoba mengambil calon istrinya!"
Pernyataan Arini semakin membuat Dimas marah, tetapi Dimas berusaha menenangkan dirinya meski merasa sangat marah.
"baiklah Arini, sekarang kamu ceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Aku akan mencoba legowo menerima kenyataan"
Arini menarik nafas dan mengusap airmata "begini mas, saat kecil aku sering sakit-sakitan dan sudah berobat kemana-kemana dan tidak sembuh. Kemudian orang tuaku datang kepada orang pintar dan mengatakan aku harus dijodohkan supaya sembuh. Bapak sempat bimbang dan meragukannya, tetapi akhirnya bapak melakukan nasehat orang pintar itu. Aku dijodohkan dengan seorang anak dari Jogja bernama Aryanto, setelah acara perjodohan itu. Kedua orang tua kami setuju jika setelah dewasa kami akan dinikahkan" setelah bercerita airmata Arini tumpah dan Dimas memeluknya.