Mohon tunggu...
Surya Gunanta
Surya Gunanta Mohon Tunggu... Dosen - Arsitek, Dosen Universitas Pembangunan Jaya

Buruh yang tertarik dengan masalah desain, sosial politik dan ekonomi dalam masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Pandemi dan Pergeseran Desain Perkantoran di Masa Depan

19 Januari 2021   22:12 Diperbarui: 19 Januari 2021   22:18 934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
interactivespace.net

Dalam satu dekade terakhir kita melihat perubahan besar dari trend desain perkantoran yang berubah mengikuti perkembangan budaya kerja terbaru. Perubahan teknologi juga berperan besar dalam perubahan desain perkantoran. Dimulai dari perusahaan raksasa Google yang membuat kantor dengan konsep ‘casual collision’ diantara pekerjanya, banyak perusahaan multinasional mengikuti trend serupa. 

Konsep cozy namun fungsional  telah menjadi trend dimana kantor didesain senyaman mungkin dengan konsep open plan dengan fasilitas pantry, ruang diskusi, ruang santai maupun ruang bermain. Kata kunci dalam desain konsep kantor terbaru adalah ‘kolaborasi’ dimana kantor bukan hanya sebagai tempat bekerja namun juga sebagai tempat bertemu antar pegawai perusahaan, klien, vendor dan stake holder untuk berkolaborasi. 

Maka tidak heran apabila banyak kantor yang membuat banyak ruang meeting, ruang kolaborasi, ruang conference dan ruang diskusi. Ditambah lagi ada pergeseran organisasi perusahaan yang mana jenjang managerial menjadi ‘flat’ yang mana hirarki posisi tidak menjadi penting namun output dari kerja tim menjadi lebih utama.

Pada saat yang bersamaan, kita juga melihat pertumbuhan perusahaan start-up yang makin menjamur di kota-kota besar. Perusahan start-up yang didominasi kalangan milenial sangat mengutamakan flexibiltas dan produktivitas dibandingkan hal yang lainnya, akibatnya konsep berkantor Senin – Jumat, dari pukul 9 am – 5 pm menjadi tidak relevan. Banyak perusahaan start-up yang memberi kebebasan bagi pekerjanya untuk menentukan sendiri waktu masuk dan pulang kantor, namun disisi lain jam bekerja menjadi panjang. 

Banyak perusahaan start-up memiliki jam bekerja lebih dari 10 jam bahkan termasuk weekend. Kebutuhan akan flexibiltas dan produktivitas ini kemudian ditangkap oleh penyedia sewa perkantoran. Coworking space menjadi popular dengan banyaknya coworking baru bermunculan di kawasan elite perkantoran seperti Go-Work, We-work, Cohive, Kolega, Wellspaces, Estubizi dan masih banyak lainnya. 

Kemudahan dalam maintenance dan lebih efesiensinya biaya operasional perkantoran menjadi daya tarik tersendiri, ditambah bisa berkantor dikawasan yang mahal dengan biaya yang terjangkau membuat perusahan-perusahan start-up untuk menyewa pada coworking space di atas. Beberapa coworking space bahkan mendorong komunitas dimana coworking bukan saja menjadi kantor namun menjadi tempat kolaborasi perusahaan start-up dengan industri yang serupa sehingga memudahkan kolaborasi diantara tenant yang menyewa.

Semua seakan berjalan lancar dan akan terus berkembang sampai kemudian pandemi mulai pada bulan Maret 2020 dimana Indonesia secara resmi mengumumkan kasus pertama positif Covid-19. Pandemi Covid-19 yang diikuti dengan pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) memaksa hampir semua perusahaan merumahkan pegawainya dan menerapkan work from home (WFH). 

Sampai tulisan ini dibuat, Januari 2021, setiap perkantoran di Jakarta masih harus menerapkan 25% pembatasan kapasitas kantor dan sisanya bekerja dari rumah. Fenomena WFH ini kemudian menjadi kebiasaan baru yang diterapkan di seluruh dunia dimana hampir semua perusahaan bergantung kepada platform online untuk melakukan meeting dan berkolaborisi. 

Platfrom online seperti Zoom, Ms Team, Cisco Webex, Google Meet dan banyak lainnya menjadi popular. Wadah kolabroasi yang tadinya di kantor kemudian bergeser ke ruang virtual dengan flexibilitas yang lebih tinggi, karena melalui video conference, ruang diskusi bisa diakses dari mana saja.

Pertanyaan yang kemudian muncul adalah bagaimana desain perkantoran akan bergeser pasca pandemi COvid-19? Bagaimana masa depan coworking space setelah pandemi? Penulis melihat hal ini masih perlu dilihat lebih lanjut, namun satu hal yang pasti, WFH telah menjadi suatu ‘New Normal’ bagi budaya kerja di perusahaan-perusahaan dimasa yang akan datang dimana jam kerja dan lokasi kerja akan lebih flexible.

Di sisi lain dengan asumsi pandemi akan dapat selesai tahun 2022, efek dari pandemi Covid-19 tidak serta merta hilang. Kebutuhan akan social distancing, pengecekan suhu maupun pembatasan kepadatan area kantor akan mempengaruhi desain perkantoran kedepannya. Kemungkinan besar perusahaan-perusahaan besar tidak akan memusatkan kegiatannya di satu head quarter namun memecah operasional kantornya di beberapa tempat sesuai pengelompokan kegiatan perkantorannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun