Mohon tunggu...
Suryadi Maswatu
Suryadi Maswatu Mohon Tunggu... Jurnalis - Kita sama, kita satu, kita indonesia

Kemiskinan Sejati bukanlah semalam tanpa makan, Melainkan sehari tanpa berpikir.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Mahasiswa Bukan "Pahlawan" Kesiangan, Hahahaha....

10 November 2021   08:01 Diperbarui: 10 November 2021   08:11 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketgam : (dokmen pribadi penulis)

MAKASSAR - PAHLWAN kesiangan merupakan sebutan bagi seseorang yang baru saja mau memulai perjuangan setelah masa peperangan (Seperti mahasiswa, pemuda dan politikus saat sekarang). Mereka menunjukkan bahwa perbuatannya sia-sia, tak ada gunanya lagi.

Peringatan Hari Pahlawan yang jatuh setiap tanggal 10 November 2021 jangan sebatas menjadi seremoni bagi mahasiswa sebagai generasi muda. Peringatan itu perlu menjadi momentum untuk memahami kembali nilai-nilai perjuangan bangsa dan memperhatikan kondisi para veteran yang relah berkorban.

Meski hanya berbekal senjata api seadanya dan bambu runcing, mereka pantang menyerah ditengah serangan gempuran skala besar yang dilancarkan penjajah terdahulu.

"Darahmu tumpah di Tanah Pusaka, jiwamu mengawal tegaknya Indonesia, engkau pahlawanku, engkau kusuma negaraku," demikian kutipan.

Ingat!, Mahasiswa bukan generasi yang lahir untuk mengelap cerita lawas, mahasiswa anak masa depan yang mencoba mengarungi abad yang buas.

Mahasiswa sejatinya memikirkan masa depan bangsa dengan kondisi saat ini. Namun, apa jadinya jika mahasiswa sudah terjebak pada kondisi sempit. Revolusi yang menjadi berbincangan hanya di warung kopi, reformasi yang diimpikan hanya diatas kasur dengan mimpi indah.

Mahasiswa perlu berkaca pada sejarah perjuangan terdahulu. Maka saatnya kibarkanlah sayapmu wahai generasi bangsa dan jungjung tinggilah harkat dan martabat negeri tercinta kita.

Belajarlah dari mereka tentang nilai-nilai luhur kepahlawanan dan bagaimana mengaplikasikannya dalam tindakan nyata. Hari ini adalah momentum yang paling tepat untuk memulainya.

Jika rasa takut dan malu dalam kebaikan tidak hilangkan maka yakinlah bawa kemajuan hanyalah angan yang tidak akan menjadi kenyataan.

Cellakanya, ada bagian yang memudar di tengah pancaran terang bangsa ini. Ada yang meredup di antara sinar cahaya yang selama ini membungkus negeri. Amat disayangkan, sesuatu yang memudar dan meredup itu justru merupakan bagian vital dari fondasi kebangsaan, yakni luruhnya karakter dan budi pekerti anak bangsa.

Sangat mudah kita menyebutkan contoh konkret lunturnya karakter anak bangsa itu di era kekinian. Meningkatnya radikalisme, intoleransi, penyebaran berita bohong (hoaks), demagogi kebencian SARA, kian redupnya integritas dan kesantunan, maraknya korupsi, termasuk pula aksi-aksi kejahatan yang kian bengis belakangan ini, semua menjadi tontonan gratis yang sungguh memilukan dan memalukan.

Ironisnya, generasi muda  kini justru lebih senang memamerkan nafsu kekuasaan dan keserakahan ketimbang berlomba-lomba untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa seperti yang ditunjukkan para pahlawan terdahulu.

Tutur bijak mengatakan, setiap negara akan selalu melahirkan pahlawan pada setiap zamannya. Karena itu, setiap bangsa pada setiap zamannya butuh sosok pahlawan.

Nasionalisme tidak bisa berbunga jika tidak tumbuh di taman internasionalisme. Jasamu selalu kami kenang, perjuanganmu kami lanjutkan.

Hari pahlawan tak sekadar untuk melakukan renungan dan menabur bunga diatas makam pahlawan saat melakukan ziarah di atas pusara. Melainkan ada hal urgensi bisa dipelajari dan diteruskan oleh regerasi masa kini.

Dari rentetan perjalanan sejarah babgsa Indonesia juga telah melahirkan banyak sekali pahlawan dari zaman ke zaman. Sebagian dari pahlawan-pahlawan itu bahkan tak hanya lahir dari perut Bumi Pertiwi, tapi juga menjadi pelaku utama dalam proses kelahiran Republik ini.

Hanya saja, setiap tahun bangsa ini memperingati hari Pahlawan dengan segala seremonialnya. Setiap tahun pula selalu ada sejumlah nama yang diajukan dan kemudian diangkat menjadi pahlawan nasional. Namun, sepertinya Republik ini lebih senang dan gemar mementingkan bungkusanya daripada isi.

Maka, jangan pernah melupakan sejarah, karena kita bisa hidup sekarang ini tak luput karena hadirnya sejarah. Cellakanya, ketika moral generasi masa depan hancur maka tunggulah kehancuran generasi penerus bangsa..

Ketgam : (dokmen pribadi penulis)
Ketgam : (dokmen pribadi penulis)


Oleh: Suryadi Maswatu (Wartawan)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun