Para peserta nampak khitmat mengikuti serangkaian acara yang dimulai dengan tahlil, orasi dari perwakilan mahasiswa, buka bersama, ditutup dengan pembacaan dan tabur bunga. Acara tersebut dimulai pukul 16:00 WIB dan berakhir pukul 18:15 WIB.
"Saya seorang muslim, saya seorang kader PMII, saya sangat menyayangkan tragedi bom yang terjadi di Surabaya. Tindakan teroris tersebut tidak bisa dibenarkan terlepas apapun itu alasannya. Kami kader PMII Unesa tidak akan tinggal diam atas tragedi bom tersebut" kata Atok Urrohman selaku ketua Komisariat PMII Unesa.
Efek yang ditimbulkan dari tragedi bom di Surabaya beberapa waktu silam membuat keresahan dan trauma mendalam bagi masyarakat. Masyarakat selalu dihantui rasa was-was untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Di dalam orasi Sahabat Syuhada' mantan Ketua BEM FIP, dapat ditarik kesimpulan bahwa sasaran penyebaran paham-paham radikal yaitu para pemuda dan mahasiswa. Kampus  merupakan tempat paling subur untuk berkembangnya paham radikal. Karena di dalamnya terdapat mahasiswa pencari jati diri. Mahasiswa yang sedang mencari jati dirinya cenderung bersikap terbuka terhadap ajaran-ajaran yang berkembang di kampus, sedangkan di kampus banyak sekali organisasi-organisasi yang cenderung berpaham radikal. Mahasiswa biasanya tanpa berfikir panjang jika diajak untuk mengikuti kegiatan agama. Dari sinilah kelompok radikal menyelipkan ajarannya.
"Mahasiswa adalah aset bangsa, bagaimana jadinya jika aset bangsa sudah terjangkit ajaran radikal sejak dibangku kuliah. Bisa jadi 10 atau 20 tahun kedepan mereka akan jadi teroris. Semoga kawan-kawan yang hadir di acara ini terhindar dari ajaran radikal dan bersikap proaktif ikut serta dalam pemberansatasan paham radikalisme di kampus" ujar saudara Surya.
Di zaman millennial saat ini, mahasiswa cenderung suka belajar autodidaks. Mereka belajar dengan sendirinya melalui sosial media seperti channel youtube, grup whatsapp, dan Instagram. Belajar dari sosial media akan menimbulkan pemahan sesat karena tidak ada guru pembimbingnya. Pun juga informasi yang diterima di media sosial ditelan mentah-mentah tanpa menshohihkan terlebih dahulu informasi yang didapatnya. Dari sinilah paham radikal berkembang dengan begitu pesat.
Unesa sendiri sebagai kampus umum negeri, mahasiswanya berasal dari berbagai agama, dari berbagai latar belakang dan juga dari berbagai daerah. Sehingga ajaran-ajaran yang berkembang di Unesa berbagai ragam. Tak sedikit pula kelompok radikalisme berkembang di Unesa. Terbukti banyak dijumpai pamflet-pamflet di kampus yang berasal dari kelompok-kelompok yang berpaham radikal.
Berawal dari paham radikal tindakan terorisme itu muncul. Tujuan dari terorisme adalah menebar ketakutan dan memecah belah persatuan bangsa Indonesia. Padahal untuk mendapatkan kemerdekaan tidak mudah, banyak korban yang berjatuhan. Tugas generasi saat ini adalah menjaga dan merawat kemerdekaan. Jadi wajib hukumnya bagi para pemuda menumpas terorisme dari akar-akarnya.
Dengan terselenggaranya acara Refleksi dan Doa Bersama ini. Harapannya seluruh warga Unesa tahu bahwa pencegahan penyebaran paham radikalisme sangat penting. Birokrat kampus supaya bersikap tegas dalam upaya mencegah menyebarnya paham radikalisme di kampus. Rektorat sebagai pembuat kebijakan kampus agar membuat aturan dan sanksi yang tegas. Agar oknum dosen, karyawan maupun mahasiswa yang terjangkit paham radikalisme jera.Â
Mahasiswa juga harus bersikap proaktif terhadap pengawasan kegiatan-kegiatan yang menyimpang dari ideologi Pancasila. Dan disini kami kader PMII dan Formasi siap berkomitmen di garda terdepan dalam upaya pencegahan penyebaran paham radikal dan tindak terorisme di Unesa.
Penulis :  Atok Urrohman
Editor  :  Ahmad Baharuddin Surya