Mohon tunggu...
surya hadi
surya hadi Mohon Tunggu... Administrasi - hula

Pengkhayal gila, suka fiksi dan bola, punya mimpi jadi wartawan olahraga. Pecinta Valencia, Dewi Lestari dan Avril Lavigne (semuanya bertepuk sebelah tangan) :D

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menjelekkan Kantor, Budaya atau Ekspresi Kecewa?

2 April 2018   08:16 Diperbarui: 2 April 2018   13:03 2144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ini kantor keberatan nama," begitu kata teman saya yang sudah 25 tahun bekerja di kantor tempat saya bekerja saat ini. Beberapa hari lalu, ketika salah seorang rekan dari divisi saya mau mengundurkan diri.

Pengunduran diri salah satu teman saya itu ditanggapi seorang teman saya lainnya dari divisi berbeda. "Baguslah kalau dia sudah dapat yang lebih baik. Kamu kapan?" ujarnya sambil tersenyum, seolah ingin bilang ke saya mumpung masih muda segera keluar juga dari kantor ini.

Beberapa bulan yang lalu, bahkan saya mendengar yang lebih parah dari divisi penjualan. "Ini kantor kerjanya kaya t**"  

Menilai dan menganggap kantor sendiri minus adalah hal yang biasa dan jamak dilakukan di mana-mana. Padahal kalau mau ditelaah, mulai dari baju yang dikenakan, makanan dan beras yang dimakan, ongkos ngopi dan berbagai jenis makanan yang diposting di instagram, hingga biaya pendidikan untuk anak-anak mereka didapatkan dari tempat yang mereka nilai minus dan dianggap tidak punya masa depan.

Saya lalu berpikir, pernahkah mereka yang mengumpat dan menilai minus itu flashback ulang, untuk sedikit kembali melihat ke belakang, mengingat bagaimana rasanya ketika pertama kali memasuki kantor tersebut ketika interview, mengikuti tes dan memberi jawaban yang terbaik dengan harapan bisa menjadi bagian dari tempat tersebut? Atau bagaimana rasanya di hari pertama menjadi bagian dari team di mana kita ditempatkan? Bagaimana bersyukurnya bisa menerima gaji pertama di sana yang pastinya lebih besar dibanding tempat sebelumnya?

"Rumput tetangga selalu lebih hijau."

Begitu ungkapan yang pernah diungkapkan oleh bos pertama saya ketika memimpin sebuah rapat darurat di pagi hari ketika ia mendengar desas desus ada karyawan yang menghina dan menjelekkan perusahaan yang ia pimpin.

Tapi apa iya rumput tetangga selalu lebih hijau?

Mungkin lebih tepatnya hanya terlihat lebih hijau. Menurut saya, setiap tempat kerja pasti mempunyai plus minus masing-masing. Dan di setiap tempat baru pastinya kita akan menemukan orang-orang baru dengan berbagai macam karakter, keunikan, serta keajaiban dari sikap mereka pribadi.  Ada yang kepala batu, bermuka dua, moody , dlsb.

Belum lagi dengan berbagai macam aturan di tempat baru baik itu yang tertulis ataupun yang tidak tertulis, salah atau tidak, serta adat adat baru yang berbunyi "dari dulu sudah begitu" yang kadang mungkin asing bagi kita sehingga apa yang tadinya kita anggap hijau mulai menguning.

Harapan adalah ibu yang mengandung kekecewaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun