Bagi pengusaha kuliner skala kecil hingga menengah, layanan delivery adalah harga mati. Tidak ikut bergabung, konsekuensinya akan tertinggal dari kompetitor yang sudah lebih dulu bergabung dengan aplikasi. Buktinya memang nyata.Â
Tingkat akuisisi mitra yang dilakukan perusahaan aplikasi cukup kencang. Mitra aplikasi pun bervariasi mulai dari kuliner kelas warung kaki lima hingga restoran kelas di hotel bintang lima.
Berdasarkan data yang dikutip dari Kontan.co.id, saat ini jumlah merchant Grab Food per Januari 2018 mencapai 300.000 merchant. Sedangkan Katadata menyebutkan per Januari 2018 mitra GO-Food sudah mencapai 125.000 merchant.
Alasannya, butuh karyawan khusus untuk melakukan pekerjaan itu. Bertambahnya karyawan kan sama artinya dengan berkurangnya marjin keuntungan. Mengantar makanan juga tidak bisa sembarangan.Â
Selain pengemasannya harus baik, wajib ada boks penyimpanan khusus untuk menjaga makanan tetap hangat atau segar.
Sementara jika layanan delivery dipaksakan menggunakan sumber daya yang ada? Wah kualitas produk bisa menurun. Padahal dalam bisnis kuliner, kualitas adalah kunci.
Ke mana laba mengalir?
Mungkin belum banyak yang tahu jika model bisnis aplikasi pesan antar makanan mendapat keuntungan dari banyak pihak.Â
Selain mendapatkan uang dari fee dan bunga bank melalui setiap transaksi menggunakan digital wallet (GO-PAY, GrabPay, Uberpay) perusahaan aplikasi juga mendapatkan cuan dari mitra penyedia makanan.
Perusahaan aplikasi biasanya memungut 20% hingga 30% dari harga makanan yang tertera di aplikasi.