Mohon tunggu...
Suri DaehsanP
Suri DaehsanP Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa program S1 Sejarah Peradaban Islam, UIN-SU Medan

Memiliki hobi Membaca, menulis cerita dan Jalan-jalan kemana aja asal tempat yang bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Lingkungan Sibuaya Punya Sejarah

3 Februari 2021   23:43 Diperbarui: 4 Februari 2021   00:20 931
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Lingkungan Sibuaya merupakan suatu wilayah yang berada di Kelurahan Sioldengan, Kecamatan Rantau Selatan, Kabupaten Labuhanbatu. Jika kita masuk dari simpang enam kota Rantauprapat maka kita harus melewati Jalan H. Agus Salim kemudian belok ke kiri bertemu jalan Martinus Lubis.

Saat menyusuri jalan Martinus Lubis, kita akan menjumpai pabrik tua. Beberapa tahun yang lalu Daerah perumahan Puri sebagian hingga penghabisan Jalan Martinus Lubis kebawah merupakan wilayah dari Lingkungan Sibuaya. Namun terjadi pemekaran wilayah menyebabkan daerah yang berbatasan dengan Kelurahan Rantauprapat ini berganti Nama menjadi Lingkungan Mutiara dan batas antara Lingkungan Mutiara dengan Lingkungan Sibuaya ialah sebuah jembatan kecil di dekat kompleks perumahan Raja Habib.

Sekilas tidak ada yang menarik dari wilayah ini, namun setelah penulis melakukan penelusuran diwilayah ini dan bertanya dengan beberapa warga lama ataupun keturunan warga lama pendiri lingkungan ini, ternyata banyak hal menarik yang bisa di ceritakan. 

Ternyata di wilayah ini, dulunya sempat ada tarekat, selain itu wilayah ini dari awal berdiri hingga sebelum terbentuknya perumahan Raja habib, semua warganya beragama Islam dengan Suku batak sebagai suku dominan, disusul suku Jawa akibat hubungan pernikahan bahkan hampir tidak ada suku melayu. 

Diluar dari sejarah Islam, penulis juga mendapatkan Informasi dahulunya wilayah Lingkungan Sibuaya yang berdekatan dengan Sungai ternyata sesuai dengan namanya banyak buaya, bahkan pada saat itu orang yang ingin melakukan aktivitas di Sungai seperti mandi, mencuci pakaian, hingga buang hajat maka tangkahan mereka harus di pagari dulu dengan kayu yang sangat kuat agar selamat dari terkaman buaya di dalam sungai. 

hmmm Kira-kira sampai sini mau lanjut gak? Gimana? Penasaran? Yuk kita bahas satu-satu...!

Berangkat dari awal, kita bahas mengenai asal-usul nama lingkungan ini yaitu Sibuaya. Walaupun secara tidak langsung sudah dapat di tebak, namun kita perlu penguat atas pendapat yang kita miliki, dengan kata lain kita perlu bukti paling tidak alasan yang masuk akal akan pendapat kita. Nah, sejauh penelusuran yang telah penulis lakukan ternyata Sibuaya memiliki dua versi. Versi pertama mengatakan bahwa lingkungan ini bernama Sibuaya berasal dari kata Si dan Buaya. 

Dimana kata Si asalnya yaitu Sei yang berarti Sungai dan Buaya merupakan hewan yang dulunya sangat banyak mendiami Sungai Bilah dibagian wilayah Lingkungan Sibuaya ini. Padahal dulunya Wilayah ini diberi nama Mutiara oleh pembuka lingkungan. Namun akibat dari banyaknya buaya di Sungai Bilah di Wilayah ini nama Mutiara tidak melekat, terbiasalah orang-orang memanggil lingkungan ini dengan Sei Buaya dan pelafalannya juga di persingkat menjadi Sibuaya.

Gimana? Sesuai dugaan kamu gak? Terus terang penulis juga terpukau waktu tahu asal-usul nama lingkungan ini, seketika ingin kasih tau waktu kawan-kawan atau guru yang dulu nanyak asal-usul alamat, kenapa di sebut lingkungan Sibuaya. Kebetulan penulis dulunya bagian dari warga lingkungan ini, hingga pemekaran dan berganti nama lingkungan.

Oke lanjut versi kedua, dikatakan oleh warga yang usianya lebih muda dari sumber yang pertama mengatakan, dahulunya di wilayah ini ada sepasang pengantin baru yang sedang menggunakan trasnportasi air berupa boat atau kalau bahasa ranto itu' pengantin baru yang lagi naik bot, di sambar buaya'. Insiden ini juga tidak lepas dari hewan buaya di sebagian aliran sungai Bilah yang masuk kedalam bagian wilayah ini. Akibat dari insiden itulah lingkungan ini lebih di kenal sebagai lingkungan dengan aliran sungai yang banyak buayanya.

Kalau dari penulis pribadi versi pertama dan kedua sebenarnya bisa jadi memiliki sebab-akibat. Bisa jadi pendapat kedua merupakan sebab dan pendapat pertama merupakan akibat. Atau bisa jadi juga jauh sebelum adanya insiden pengantin di sambar buaya itu, memang sungai atau Sei Buaya sudah terkenal karena pada saat itu setiap tangkahan harus di beri pagar dari kayu yang sangat kuat, masa ini masyarakat bisa di bilang belum terlalu mampu membeli Boat atau sejenis perahu bermesin. Sedangkan insiden pengantin di sambar buaya dikisahkan menaiki Boat yang menggambarkan pada zaman itu masyarakatnya sudah mapan atau lebih baik pendapatan ekonominya dari pada masa awal. Gimana? Kira-kira kamu setujuan versi mana atau kamu setuju atas kedua versi diatas?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun