Mohon tunggu...
Suradin
Suradin Mohon Tunggu... Duta Besar - Penulis Dompu Selatan

Terus Menjadi Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menarasikan Perjalanan

17 April 2022   20:46 Diperbarui: 17 April 2022   20:55 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SAYA memang menyukai tantangan dan jalan-jalan. Terlebih menyambangi tempat yang baru. Ada semangat yang membuncah. Rasa penasaran menguap di permukaan. Menjejaki sebuah tempat yang dapat memberikan inspirasi dan cerita baru. Lalu meninggalkan kesan yang mendalam pada tempat yang dikunjungi. Bertemu orang baru lalu merawat persahabatan dengan jalan silaturahmi.

Seperti perjalanan kali ini, Sabtu, 16 April 2022. Dengan menggunakan mobil Hilux, saya beserta tiga orang kawan menjejaki wilayah administrasi kecamatan Kempo dan Pekat di barat Kota Dompu, Nusa Tenggara Barat. Kedua kecamatan ini sebagian wilayahnya menghadap ke teluk Saleh. Namun sebagian besar masyarakatnya memilih bertani dan berladang selain menjadi nelayan.

Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Karena sebagian sumber penghasilan masyarakatnya memilih bertani, maka tidak heran gunung digundul sebagai lahan untuk ditanami jagung. Saat kami datang, sejauh mata memandang ladang jagung terlihat kekuningan di lereng gunung. Sementara di sebelah barat, hempasan ombak teluk Saleh tidak seberapa kencang menghantam.

Namun ketika masuk wilayah Doro Ncanga, saya melihat gerombolan kerbau yang sedang santuy di dalam kubangan besar yang tidak jauh di bibir pantai. Jumlahnya puluhan. Dan bahkan tidak jauh dari kubangan itu, beberapa warga memanfaatkan sumber mata air yang keluar dari tebing di bawah badan jalan. Ada yang mandi dan ada pula yang sedang mencuci. Anak-anak riang gembira sembari loncat di air yang jernih sebening kaca.

Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Sementara di pinggir jalan, sangat ramai dengan pengunjung. Ada yang bersantai di beberapa lapak yang dibangun warga di pinggir jalan. Dan ada pula yang mengawetkan momen di pesisir pantai dengan camera handphone di tangan. Sebagian di antara mereka tampak seperti kami. Pengunjung atau sejenak singgah sebelum melanjutkan perjalan ke tempat tujuan.

Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Tempatnya adem karena dipanyungi oleh dedaunan dari pohon-pohon besar di pinggir jalan. Angin sepoi-sepoi dari arah laut menghempas pelan. Di kejauhan sana, samar-samar terlihat perahu membelah lautan. Menjelajahi ruang samudra dengan segala tantangannya. Menepikan perasaan takut demi memastikan dapur di rumah tetap mengepul.

Memanen rupiah jika hasilnya menggembirakan demi mereka yang ditinggalkan. Ada pengorbanan dari seorang ayah untuk keluarga yang sedang menanti kepulangannya. Karena di sini. Di darat ada penantian yang tak berkesudahan. Dan bahkan ada cinta bersemi kala kekasih hati pulang setelah lama bertualangan.

Sementara  saya, hanya menatap dari jauh. Melihat mereka yang menyabung nyawa demi keluarga di rumah. Sesuatu yang belum tentu saya berani lakukan. Kadang ada banyak alasan seseorang berani melakukan sesuatu. Memperjuangkan yang ingin digapai lalu membawa pulang sesuatu untuk kebahagiaan orang yang dicintai. Mereka pejuang rupiah yang sabang waktu menghadapi ancaman di lautan sana. Mereka pahlawan bagi keluarganya. Saya hanya memendam kekaguman.

Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Saya kembali melepas pandang pada puluhan kerbau dalam kubangan dan berbaring santuy di atas hamparan pasir. Mereka hidup seolah tanpa beban. Menikmati  sapuan senja yang mengkilau di permukaan air laut dan semesta. 

Melihat saya mendekat, tampak mereka tak terusik. Mulut kerbau komak kamit serupa dukun baca mantera. Saya menatap satu persatu. Banyak yang berwarna keabu-abuan, tapi ada juga yang berwarna albinoid. Mereka kumpul bersama tanpa harus mengganggu yang lain. Mereka hidup dalam damai, sembari merawat persaudaraan.

Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Tidak bisa dipungkiri, dengan perkembangan dan kemanjuan teknologi saat ini peran kerbau untuk membajak sawah sudah tergantikan oleh traktor. 

Maka tidak sedikit masyarakat yang lebih memilih menggunakan traktor untuk membajak sawah dibandingkan dengan tenaga kerbau. Karena dianggap lebih efektif dan efisien dari sisi waktu dan biaya. Sehingga untuk wilayah tertentu, seperti kecamatan dimana tempat saya berdomisili, gerombolan kerbau seperti ini sudah tidak bisa ditemukan lagi.

Dibanding sepuluh tahun silam, kumpulan kerbau yang keluar masuk rawa dan kubangan masih bisa dijumpai. Bahkan masih ada beberapa warga membajak sawahnya dengan tenaga kerbau. Namun sejak kehadiran traktor, maka warga perlahan tapi pasti menjual kerbaunya. Sehingga saat ini di wilayah selatan Kabupaten Dompu tidak ada kerbau lagi yang lalu lalang seperti dulu.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun