Mohon tunggu...
Suradin
Suradin Mohon Tunggu... Duta Besar - Penulis Dompu Selatan

Terus Menjadi Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Membersihkan Pantai Sambil Menjaga Kewarasan Berwisata

21 Maret 2022   10:30 Diperbarui: 23 Maret 2022   13:54 692
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hempasan ombaknya tidak seberapa kencang. Semburan buihnya yang putih terhampar jelas di pasir yang hitam. Perahu menari-nari dalam ayunan ombak yang mendamai. Ada dermaga yang menjurus ke kedalaman lautan. Terlihat jelas dari arah pantai yang berkelok. Di apit pegunungan yang dipenuhi tanaman jagung sejauh mata memandang.

Gambaran pantai yang masih 'melegenda'. Kini masih seperti puluhan tahun yang lalu. Hampir tidak ada perubahan. Tidak ada vila apa lagi jejeran hotel berbintang. Tapi namanya sudah lama mengendap dalam benak mereka yang pernah lahir di awal tahun 80-an. Pantainya memang tidak sefamiliar pantai Wadu Jao, Pantai Lakey, dan pantai Ngampa yang belakangan ini viral di jagat media.

Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Pantai Felo Janga, demikian nama yang melekat padanya. Namun demikian tidak banyak diketahui warga milineal. Bahkan jarang pula dipublikasikan untuk berwara wiri di beranda media sosial. Jarang di ekspos walau memiliki daya tarik memikat karena keindahan pantai dan alam sekitarnya. Pantainya tenang dengan alam yang masih asri.

Menuju pantai ini bisa melalui dua jalur. Jalur selatan bisa menggunakan jalan dari Desa Cempi Jaya dan Desa Jala  kemudian menuju utara. Sementara dari utara melalui Desa Lune, Kecamatan Pajo, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat. Posisinya tersembunyi di ujung Teluk Cempi yang tenang dan berbatasan langsung di dua kecamatan, Pajo dan Hu'u.

Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Kedatangan saya kali ini bersama rombongan, merupakan kunjungan kali kesekian setelah absen sekira tiga tahun silam. Namun bedanya jika sebelumnya berkunjung dengan menggunakan motor, namun kali ini dengan menggunakan roda empat. Bersama anak-anak pula. Ramai dengan segala tingkah kocak yang menyertai perjalanan dengan mobil bak terbuka di belakangnya.Hilux itulah mobil yang ditumpangi anak-anak.
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Kami hanya menghabiskan waktu perjalanan sekira tiga puluh menitan dari arah selatan, kampung dimana kami tinggal. Melewati jalanan yang berkelok, lalu melepas pandang pada hamparan jagung yang memenuhi punggung gunung. Perkampungan hingga sawah terhampar bak karper di lantai. Asri. Udaranya sejuk dengan segala panorama alamnya. Melihat itu saya tiba-tiba teringat potongan lirik lagu band Boomerang.

"Lestari alamku, lestari desaku"..

Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Nusantara memang negeri sejuta pesona. Segalanya ada di sini. Alamnya maha kaya. Memikat hati bagi yang bertandang, lalu berkesan dalam hati. Ia serupa gadis cantik dengan dandanan yang aduhai. Kemolekkan tubuhnya, bibirnya yang memerah serta dadanya yang menyembul telah menggairahkan setiap insan yang menatapnya. Semua terkesima serasa berada di surga. Dan negeri bernama Indonesia ini masih menjadi primadona di tengah badai waktu yang terus melaju.
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Setelah puas menikmati perjalanan, maka sampailah kami di pantai yang menjadi tujuan rombongan, Minggu, 20 Maret 2022 sekira pukul 10:00 pagi. Mobil terparkir. Melepas pandang, lalu mata awas memperhatikan sekitar. Ada pengunjung lain. Tapi tidak terlalu ramai. Di bawah pohon rindang, beberapa pengunjung sedang membakar ikan. Sementara yang lain sedang menyemburkan diri di dalam air laut. Air laut cukup tenang. Pasirnya hitam dalam ketenangan.

Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin

Sesaat setelah mobil terhenti. Anak-anak turun dengan tanpa basa-basi, mereka langsung larung ke laut. Mereka anak darat yang melihat laut serupa halaman rumah. Sudah lama tidak pernah lagi merasakan sensasi mandi di laut, kali ini mereka ingin berpuaskan diri. Dengan baju melekat di badan dengan teriakan kencang di udara, mereka lalu membiarkan badannya dihempas  ombak. Mereka ceriah. Menaiki perahu, lalu loncat kegirangan. Mereka tampak bahagia. Melepas tawa di akhir pekan. Menyatu dengan semesta sembari bercumbu dengan air laut yang menghempas pelan.

Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dari bibir pantai, saya memperhatikan anak-anak mandi dalam keceriaan. Lalu sejurus kemudian, kami mencari tempat untuk melepas penat dan tempat pembakaran. Pasalnya, kami membawa ikan sebesar tutupan ember dan satu ayam kampung. Kami harus segera membakarnya sebelum hari beranjak. Karena di antara kami ada yang belum sarapan pagi sebelum datang ke pantai. Beberapa potongan kayu di bakar dengan ditambah dua plastik arang di tungku sisa pembakaran pengunjung yang sudah pulang. Di bawah pohon rindang dengan sapuan angin laut yang sepoi-poi.

Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Setelah melalui proses pembersihan, ikan dan ayam lalu di bakar di atas arang yang menyala-nyala serupa kerlap kerlip bintang di langit. Di kipas hingga matang. Aromanya semerbak. Sambal bawang di siapkan. Tikar di hamparkan di atas pasir yang di dekatnya ada sungai yang airnya mengalir pelan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun