Mohon tunggu...
Suradin
Suradin Mohon Tunggu... Duta Besar - Penulis Dompu Selatan

Terus Menjadi Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Perempuan Penunggu di Tepi Pantai Desa Jala

17 November 2021   20:50 Diperbarui: 17 November 2021   21:18 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


PEREMPUAN itu melepas pandang di teluk Cempi nan luas. Di gazebo pinggir pantai, dirinya duduk sembari menunggu sesuatu. Ada kekhawatiran di raut wajahnya yang tampak menua. Garis-garis ketuaan terlihat di keningnya. Dia sudah tak muda lagi. Namun kisahnya masih terhampar luas serupa laut yang ia sapa.

Ini bukan kali pertama dirinya memandang laut. Jika suaminya menantang ombak, menjala ikan atau mengambil rumput laut, dirinya akan selalu setia menanti. Menunggu kepulangan sang suami yang sabang hari bergumul dengan lautan luas. Sejak bersuamikan nelayan, dirinya selalu memberi dukungan serta support terhadap profesi yang digeluti lelaki yang memberinya anak itu. Dan saat ini dia kembali menunggu seperti biasa.

Sumarni, demikian nama pemberian orang tuanya. Umurnya sudah 45 tahun. Perempuan ini tidak lahir dari orang tua nelayan. Dia akrab dengan laut sejak berpindah ke Desa Jala. Sebuah desa pesisir yang ada di Kecamatan Hu'u, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat. Mengikuti jejak suami, ia menjadi perempuan hebat dalam membantu pekerjaan suaminya.

Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Pada tanggal 1 November 2021, ketika langit berawan tipis dan sinar mentari menyela, Sumarni dengan sabar menanti kepulangan suaminya. Setiap perahu yang bersandar di pesisir pantai di tatapnya penuh harap. Berharap suaminya pulang dengan selamat. Pulang dengan membawa hasil tangkapan agar dapurnya kembali bisa mengepul. Tapi di matanya, suaminya adalah lelaki hebat. Lelaki yang mendampinginya puluhan tahun itu, adalah nelayan yang tangguh. Pengalamannya melayari laut sudah teruji oleh waktu.

Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Tidak berselang lama perahu itu bersandar. Lelaki itu bertelanjang dada. Sendiri. Dia berlayar sendiri tanpa ada yang menemani. Namun kali ini dia tidak membawa hasil tangkapan. Terlihat di perahunya di penuhi tumpukan rumput laut dengan beberapa lembar karung yang menggantung dihempas angin.

Sore ini, laut cukup tenang. Ombaknya menghempas damai. Mengayunkan badan perahu yang ada bibir pantai. Buihnya tidak begitu tampak. Mendamai harmoni beriring semesta. Di atas perahu, lelaki berumur itu memasukan rumput laut di karung. Setelah penuh, dipikulnya karung itu hingga ke pantai. Sendiri. Mula-mula sendiri sebelum anak lelakinya datang membantu.

Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Namanya Matla (55). Sejak kecil dia sudah bergumul dengan laut. Menjadi nelayan adalah jalan hidupnya. Dia berkarib dengan ombak, terbiasa dihempas angin, bercumbu dengan pekatnya malam dan mendamai kala menatap bintang di tengah laut. Beriring hari bersemai dengan laut. Dengan hasil laut dia menjadi lelaki perkasa di mata kelima anaknya.

"Bersyukur punya perahu sendiri dan sebenarnya saya kasihan lihat suami terus melaut, apa lagi umurnya sudah tidak mudah lagi" Ujar Sumarni.

Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Sebenarnya kehidupan Sumarni dan suaminya sudah cukup mapan. Mengingat keduanya sudah memiliki sawah, ternak dan rumah sendiri. Anaknya yang kini sedang bekerja di tanah Arab, sabang waktu selalu mengirimkan uang belanja bagi keluarganya. Kehidupannya sudah berkecukupan. Ekonomi rumah tangganya sangat stabil. Namun kecintaan suaminya terhadap laut tidak bisa dibendung dengan iming-iming materi.

"Sudah kebiasaan, jadi suami saya tetap ingin melaut" Lanjut Sumarni

Masih kata Sumarni, suaminya akan merasakan sakit jika tidak ke laut. Berpangku tangan bukan pilihan hidupnya. Ditempa dan dihempas semesta telah menguatkan mentalnya dalam menghadapi badai kehidupan. Suaminya bukan serupa pemain bola yang kapan waktu menggantung sepatu lalu pensiun jika umur sudah menua. Suaminya bisa saja tidak sekuat dulu, tapi sisa semangatnya masih terlihat di wajahnya yang garang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun