Mohon tunggu...
Suradin
Suradin Mohon Tunggu... Duta Besar - Penulis Dompu Selatan

Terus Menjadi Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menjala Ikan di Teluk Cempi

25 September 2021   09:48 Diperbarui: 25 September 2021   09:53 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

HUJAN sore barusan berlalu ketika kami memutuskan melaut. Tanah basah. Kami menuju laut dengan berjalan kaki, Jumat, 24 September 2021. Sebelumnya, kami terdiam di dalam rumah milik salah seorang kawan di dusun Nangasia. Sebuah dusun pesisir di  selatan Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat. Hujan begitu lebat, jadilah kami harus memendam sabar untuk menunggu hingga hujan redah.

Jarak dari pantai sekira dua kali selemparan batu orang dewasa. Menuju pantai, kami harus melewati jalan setapak. Jalan dimana biasa digunakan warga ketika melaut. Langit masih mendung. Gerimis masih terasa. Tapi kami tidak memiliki alasan untuk menghentikan langkah.

Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Sesampai di bibir pantai, saya melepas pandang. Air laut sedang surut. Terlihat beberapa orang sedang menunduk mencari kerang. Perahu ada yang ditambatkan di bibir pantai, ada pula yang masih di dalam air. Tiga orang kawan kami adalah nelayan. Perahu mereka sedang bersenandung buih di lautan.

Salah seorang menunjuk perahunya. Ia sudah beberapa pekan tidak melaut. Ada pekerjaan lain yang menyibukkan hari-harinya belakangan ini. Sehingga sulit membagi waktu untuk kembali menyapa samudra. Tapi dia kadang merindu menaiki sampannya, lalu melaju di hamparan ombak yang menggulung.

Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Laut adalah lahan manja yang menjadi sumber kehidupan masyarakat setempat. Dari hasil laut, mereka bisa menyekolahkan anak-anaknya, memberi lembaran rupiah bagi pengepul, dan bahkan memberi protein dari ikan yang di konsumsinya. Laut serupa mata air yang tak bosan memberi manfaat bagi semesta.

Setiba di ujung air, dua orang kawan menarik jaring. Melingkar. Batu di lempar ke sekitaran jaring yang di pasang. Ini merupakan metode penjaringan agar ikan berlari dan panik. Sejurus kemudian menabrak jaring yang sudah di pasang. Ikan tak bisa bergerak karena masuk perangkap. Sesaat kemudian jaring di angkat keluar daratan. Jaring di periksa. Beberapa ikan di lepas dari jaring, lalu dimasukkan ke dalam ember.

Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Kemudian berpindah tempat, jaring kembali dijalarkan dengan metode yang sama. Beberapa menunggu di luar, termasuk saya. Saya mengamati dua orang kawan di dalam air. Kaki mereka tak beralas. Dengan kaki telanjang, tak sedikit pun ada kekhawatiran kakinya terkena kerang. Sementara laut tidak hanya rumah bagi jutaan ikan yang bisa di konsumsi, tapi juga sangat berbahaya bagi manusia.

Tapi bagi dua orang kawan itu, laut adalah serupa lahan bermain yang mereka sudah akrabi. Nelayan adalah bagian dari profesi yang digelutinya cukup lama. Mereka memahami kapan harus melaut, kapan harus melepas jala dan kapan pula mendorong perahu kala ombak mulai mengganas. Jika tersengat ikan yang berbahaya, mereka juga tahu cara mengobatinya. Tidak selamanya harus di bawa ke rumah sakit. Karena pengalaman telah membimbing mereka untuk terus yakin ketika berada di laut.
Ruang samudra adalah dunia dan kehidupannya. Mereka berjalan di dalam air serupa melangkah di hamparan daratan.

Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Sebelum menjala ikan, sempat sekilas mereka  bercerita tentang laut. Ada musim dimana para nelayan akan mengambil rumput laut. Ada saatnya menyelam menangkap lobster, lalu dijual ke pengepul. Bahkan mereka paham betul bagaimana membaca musim dan cuaca. Alam telah mengajarinya, serupa guru menghamparkan ilmu kepada murid-muridnya.

Saya memendam kagum pada pengalaman kawan-kawan ini. Pengalaman yang belum tentu di ajarkan oleh professor  dan dosen di bangku perkuliahan. Mereka tidak mengenal kata maritim, tidak paham tentang dunia bahari yang sering dijelaskan di modul-modul dunia akademisi. Tapi, ruang samudra adalah guru yang sabang hari setia memberi sinyal untuk dipahami oleh mereka yang ingin menyatu di ruang samudra.

Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Pada mereka, sebut saja namanya Indra, Bambang dan Sukardin, saya menaruh hormat pada pengalamannya yang luar biasa. Bagi kebanyakan orang, mereka mungkin di sebut seperti orang biasa pada umumnya. Jauh dari kantor kekuasaan, tak terdeksi radar kebijakan, bahkan tak pernah dibidik kamera teve berlogo merah dan biru di negeri ini. Mungkin tidak pernah mengenakan dasi, menenteng map, lalu memasuki gedung mewah ala orang kantoran. Bahkan mereka tidak terbiasa bersilat lidah lalu merengek minta proyek kepada empunya kuasa. Dan saya yakin, mereka tidak akan dibidik oleh pejabat Ka Pe Ka.

Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Mereka adalah manusia Indonesia yang memilih hidup sederhana sembari menjaga indahnya laut ciptaan ilahi. Mereka merawat jiwa kemaritiman nenek moyang yang di kenal sebagai pelaut ulung. Mereka menjaga asa generasi, yang sabang waktu mulai jarang menggeluti profesi sebagai nelayan. Generasi hari ini, menaruh harap pada Pe En Es, kerja di bank, dan berpakaian licin ala resepsionis di hotel-hotel mewah. Negeri ini harusnya berhutang budi pada mereka yang mewarisi semangat nenek moyang terdahulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun