Mohon tunggu...
Suradin
Suradin Mohon Tunggu... Duta Besar - Penulis Dompu Selatan

Terus Menjadi Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kami Tahu Bagaimana Cara Menikmati Hidup

10 Juni 2021   19:55 Diperbarui: 10 Juni 2021   20:08 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri. Di kebun Pak Jeff, Kecamatan Hu'u, Dompu-NTB, 

MENIKMATI hidup tidak mensyaratkan sesuatu. Termasuk materi. Dimana pun, kapan pun dan dengan siapa pun kita bisa menikmatinya. Tidak harus di tempat yang mewah, di kebun pun bisa memberikan kedamaian kala bertandang. Karena urusan menikmati,  menyangkut selera.

Setiap orang memiliki selera yang beragam. Kita tidak perlu membandingkan dengan orang lain. Dan yang pasti kita punya hak untuk menikmati kehidupan yang singkat ini. Jika ada yang tidak senang. Cemburu. Iri, bahkan  tidak nyaman dengan yang kita lakukan, sepanjang kita tidak mengganggu pihak lain, maka enjoy saja. Bahkan orang-orang seperti itu nampaknya tidak tahu bagaimana cara menikmati hidup. Dan mungkin orang seperti itu, menganut mazhab "senang melihat orang lain susah dan susah melihat orang lain senang".

Dokpri. Suradin/Raden't
Dokpri. Suradin/Raden't
Dokpri. Suradin/Raden't
Dokpri. Suradin/Raden't
Maka kita tidak perlu disibukkan dengan cara orang lain menikmati hidupnya. Fokuslah pada cara-cara yang membuat kita senang. Jangan pernah meremehkan kualitas hidup yang sedang kita jalani. 

Bersyukurlah pada apa yang tuhan titipkan. Jika kita belum sempat menyambangi Raja Ampat di Papua, cukuplah menikmati pantai yang ada di dekat kampung kita. Dan jika belum sempat menikmati gunung Semeru, cukuplah menikmati pegunungan yang bisa kita jangkau. 

Jadi jangan membuat hidup terlalu lama dipusingkan dengan hal-hal seperti itu. Semesta sudah memberikan segalanya, tinggal bagaimana kita menyikapinya.

Seperti yang kami lakukan hari ini, 10 Juni 2021, pukul 11.00 Wita. Dimana kami bisa menikmati pemandangan di atas gunung sambil menyantap mie instan dengan campuran cabe dan terong panjang. 

Angin sepoi-sepoi menyapu dedaunan dan membuat kami terasa adem. Kami menikmati perjalanan hidup hari ini. Bertandang di kebun sembari menikmati pemandangan yang disajikan semesta.

Dokpri. Suradin/Raden't
Dokpri. Suradin/Raden't
Dokpri. Suradin/Raden't
Dokpri. Suradin/Raden't
Kami datang sekitar pukul 10.00 Wita. Dari jalan lintas Lakey perbatasan desa Daha dan desa Marada, kecamatan Hu'u, Kabupaten Dompu-NTB, kami berjalan kaki, kurang lebih satu kilo meter. Dengan menyusuri pematang sawah, sambil menghirup udara segar kami bisa melepas pandang menikmati perjalanan menuju kebun.

Rutenya tidaklah menantang, hanya sedikit tanjakan di kaki gunung yang mudah kami taklukan. Selama di perjalanan, kami sempat berbincang dan membahas beberapa topik. 

Mulai dari areal persawahan yang semakin sempit karena mulai melebarnya pembangunan rumah penduduk, hingga minimnya kesadaran masyarakat terhadap hutan. Perbincangan itu hanyalah analisis sederhana dari kami orang pedesaan yang jauh dari menari gading dunia academisi.

Dokpri. Suradin/Raden't
Dokpri. Suradin/Raden't
Dokpri. Suradin/Raden't
Dokpri. Suradin/Raden't
Dokpri. Suradin/Raden't
Dokpri. Suradin/Raden't
Kami sengaja memasak mie di kebun. Pasalnya suasananya berbeda jika dibandingkan di rumah. Kadang kami tak cukup perbendaharaan kalimat menggambarkan bagaimana ademnya menikmati suasana kebun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun