Mohon tunggu...
Suradin
Suradin Mohon Tunggu... Duta Besar - Penulis Dompu Selatan

Terus Menjadi Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Reuni Angkatan 2004, Merawat Kisah di Pantai Situs Nangasia

20 Mei 2021   04:55 Diperbarui: 20 Mei 2021   04:57 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

DALAM acara bertajuk reuni, kami berkumpul kembali. Tidak semua hadir, tapi lumayan yang memenuhi undangan. Setelah sekian tahun, pertemuan kembali digelar di bibir pantai Situs Nangasia, kecamatan Hu'u, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat. Kami kembali menghidupkan asa untuk merawat kisah yang berserak. Dan pantai Situs Nangasia kembali menjadi saksi atas pertemuan ini.

Sesama alumni 2004, kami kembali bernostalgia. Ada kenangan yang kembali ditautkan setelah sekian tahun jarang bersua. Semangat silaturahmi setelah beranak pinak menjadi satu dari sekian alasan kami kembali merawat kisah. Tahun 2004 silam adalah masa dimana kami mengakhiri berseragam abu-abu. Tiga tahun di bangku sekolah, kami banyak menyulam kisah dalam labirin waktu yang melaju. Semuanya memang tidak berakhir indah, tapi tak sedikit mengawet menjadi kenangan.

Dokpri. 2004
Dokpri. 2004
Dokpri. Angkatan 2004
Dokpri. Angkatan 2004
Karena masa itu, telah mendorong sebagian di antara kami untuk menginisiasi acara agar bisa kembali melepas tawa. Dalam nuansa liburan, nampaknya menjadi alasan kuat acara reuni ini ditunaikan. Dengan memanfaatkan jejaring sosial, informasi itu tersebar bagai angin menyapa daun-daun di ujung senja. Lewat informasi itu, lulusan 2004 diharapkan untuk meluangkan waktu memenuhi ajakan undangan.

Ada kenangan dalam lipatan waktu yang kembali di angkat di permukaan. Cukup banyak alasan untuk mengurai kembali masa-masa yang telah berlalu. Menelusuri jejak, lalu dihamparkan saat reuni. Kisah masa itu tidak selamanya  indah, ada seduh sedang itu untuk memberi pelajaran kala kembali di ingat. Lewat reuni, seolah kami menemukan alasan untuk sama-sama menelusuri jejak masa silam. Bernostalgia dengan masa lalu memberi satu warna hidup yang menginspirasi langkah kami ke depan. Kini kami terus memelihara kisah itu. Dan saya pun diajak mengenangnya.

Dokpri. Angkatan 2004
Dokpri. Angkatan 2004
Dokpri. Angkatan 2004
Dokpri. Angkatan 2004
Awalnya saya agak ragu untuk menghadiri acara. Bukan tanpa alasan. Selain karena tidak terlalu suka keramaian, saya sedang belajar menjadi orang yang sok sibuk. Tidak seperti kebanyakan teman yang lain, saya terbiasa menghabiskan waktu dengan menarik ulur layar handphone. Berada di rimba raya media sosial, sembari memantau lalu lalang informasi. Sesekali memberi komentar, tapi sering pula mengabaikannya. Lalu saya berlalu, dari informasi satu ke informasi yang lain. Jika bosan, sesekali saya ke pantai di sore hari ketika senja temaram dengan mega-mega di ufuk barat. Itulah waktu yang tepat untuk mendamai bersama waktu kala lelah merajai hari.

Tapi karena suatu ajakan yang mengharuskan untuk hadir, saya akhirnya luluh. Nampaknya saya tak cukup alasan untuk mengelak. Soalnya yang mengajak adalah teman dekat. Bukan teman jauh. Saya tidak enak hati untuk menolak. Hitung-hitung bisa bertemu teman lama. Mula-mula saya meyakini akan banyak teman-teman membawa serta suami, istri dan anak-anaknya. Dan itu benar adanya. Maklum, angkatan saya sudah tidak muda lagi kalau tidak mau di bilang tua. Tapi kenangan masa lalu yang sempat di rawat, lalu sesekali disiram dengan informasi telah menepikan semua kendala. Ada yang tidak bisa memenuhi undangan karena suatu alasan, tapi sesungguhnya tidak menghilangkan esensi acara.

Dokpri. Jumratul 2004
Dokpri. Jumratul 2004
Dokpri. Jumratul 2004
Dokpri. Jumratul 2004
Dok. Jumratul
Dok. Jumratul
Dok. Jumratul
Dok. Jumratul
Tepat mentari pagi merekah di ufuk timur di hari Minggu, 16 Mei 2021, pukul 09 pagi, teman-teman mulai berdatangan di lokasi acara. Ada yang menggunakan mobil, tidak sedikit yang mengendarai roda dua. Ada yang sendiri, banyak pula dengan pasangan halalnya. Tidak banyak yang saya kenal karena penampilan serta raut wajah mereka yang berubah karena usia. Saya sedikit kikuk bahkan hati-hati menyapa. Takut salah orang. Bukan pula menjaga gengsi. Pasalnya saya bukan orang yang begitu familiar di mata teman-teman. Tapi ada beberapa yang saya akrabi. Kami saling menyapa. Bersalaman. Melepas senyum, berbagi kabar dan duduk bersisian sembari menatap teluk Cempi dengan ombaknya yang melandai.

Suara musik yang berdentam keras, seolah mengiringi reuni ini. Setelah sekian tahun, tidak sedikit teman-teman yang saya kenal telah menjadi 'orang'. Ada yang menjadi PNS, pedagang sukses, aparat keamanan (TNI dan Polisi), bahkan tidak sedikit ada yang menjadi petani sukses. Saat ini kami menyatu tanpa ada embel-embel status sosial. Bagi kami, pertemanan adalah alasan yang mengharuskan kami untuk kembali bertemu. Bukan yang lain. Bukan harta, bukan  pula jabatan. Kami menyatu di bawah bendera Foka 4, sebutan bagi lulusan 2004. Kami keluarga besar yang saling mengabari kala nafas masih berdesis, karena waktu.

Dokpri. Angkatan 2004
Dokpri. Angkatan 2004
Dokpri. Angkatan 2004
Dokpri. Angkatan 2004
Lewat reuni, kami menjaga asa untuk menambah lembaran kisah sesama teman angkatan. Kami membuat sejarah dengan cara kami sendiri, yang mungkin kelak tidak hanya di kenang, tapi menjadi saksi sejarah bagi keturunan kami di masa mendatang. Inilah kami. Kami tidak harus seperti yang lain. Menjadi diri sendiri adalah cara terbaik menikmati hidup. Tidak penting bagaimana pendapat orang tentang reunian ini. Tak cukup waktu membuat tameng untuk menepis anggapan orang tentang kami. Kami punya kisah sendiri yang mungkin berlawanan sejarah dengan kebanyakan orang. Mungkin itulah alasan kenapa Foka 04 menjadi unik dan menarik bagi semesta. Dan kini kami tetap eksis walau badai kadang menghadang.

Dokpri. Angkatan 2004
Dokpri. Angkatan 2004
Acaranya tidaklah terlalu istimewa, tapi penuh makna dan kekeluargaan. Tak ada beban untuk berbagi kisah satu sama lain. Yang terpenting tidak ada dusta di antara kami. Menikmati kebersamaan dengan semangat kekeluargaan sembari melepas tawa untuk mencairkan kenangan yang pernah terkubur bersama waktu.
Kami hanya menaruh harap, agar reuni ini memberi makna pada semesta demi menjaga eksistensi sejarah Foka 04 yang pernah terlukis lewat sebuah pertemuan. Pertemuan yang selalu membuka asa untuk dijadikan alasan agar kelak bersua kembali. Adakah kerinduan yang sama bisa terulang kembali di masa mendatang? Entahlah, hanya sang waktu yang berkenan menentukan...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun