Ketika dirinya berkisah, kami hanya diam dan tak mampu membayangkan dengan imajinasi kami yang angkuh. Ketika zaman dimana alam menjadi sahabat bagi manusia. Di saat itulah dirinya lahir dan dibesarkan. Kini ia masih seperti dulu. Bekerja menjadi petani, mengambil rumput laut, dan sesekali memecah batu di sungai untuk dijual. Walaupun anaknya melarang, ia tak bergeming. Baginya makan dari keringat sendiri adalah sesuatu yang mulia dalam hidupnya.
Satu hal yang ia ingin wujudkan setelah berhasil menyekolahkan anak-anaknya. Pergi haji. Baginya, ke tanah suci adalah impiannya sejak lama. Ia ingin melihat Ka'bah. Dimana menjalankan ritual agama dimana setiap umat muslim menginginkannya. Dalam beberapa kesempatan ia mengutarakan niatnya kepada kami anak-anaknya. Kami hanya mengangguk sembari bermunajat kepada sang ilahi, agar ibu segera naik haji. Karena kepada yang maha kuasa segala harapan dilangitkan. Semoga harapan ibu terwujud sebelum benar-benar menua bersama waktu.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!