Mohon tunggu...
Suradin
Suradin Mohon Tunggu... Duta Besar - Penulis Dompu Selatan

Terus Menjadi Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menikmati Hamparan Persawahan Sembari Menyapa Semesta

18 April 2021   16:42 Diperbarui: 18 April 2021   17:11 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Duduk bersama Yuda di sawah, Dompu-NTB, 

HARI ini tepat di bulan puasa, Minggu 18 April 2021 pukul 16.00, saya bersama Ai dan Yuda memutuskan ke sawah. Tanpa janjian. Maksud kami adalah memetik daun kelor dan pucuk labu untuk bahan sayur bening. 

Ai sama Yuda datang dari rumahnya di desa Daha hanya untuk mengajak saya ke sawah. Dengan motor Mio kami bonceng tiga. Sawah yang kami tuju adalah sawah orang tua saya. Di sudut-sudut pematang sawah, bapak menanam kemangi, labu, nangka dan mangga. Sementara pagar yang mengelilingi sawah ada beberapa pohon kelor yang menjulang tinggi. 

Untuk sampai ke sawah, kami harus menempuh perjalanan kurang lebih satu kilo meter dari kampung. Jalan menuju tujuan sudah di aspal licin, walaupun belakangan di beberapa titik ruas jalan yang menuju desa Jala ini sudah ada yang rusak. Sehingga pengendara harus hati-hati di titik tertentu. Jalan ini sangat  vital bagi masyarakat kecamatan. Selain ke sawah, masyarakat juga menggunakan jalan ini untuk kebutuhan lain, seperti ke laut dan mempertemukan warga yang lain perkampungan. 

Saya yang mengendarai motor dan melajukannya dengan cukup pelan. Tidak terburu-buru apa pagi melaju seperti balapan Valentino Rossi. Kami menikmati perjalanan sambil berbincang di atas kuda besi yang melaju pelan. Mentari sore masih hangat menyentuh kulit. Ia leluasa menyapa semesta. Awan nampaknya tak cukup nyali untuk menghalangi kuasa sapuan mentari sore. Cahayanya menyibak. Terang dunia dibuatnya. 

Dokpri. Bersama Ai di Dangau
Dokpri. Bersama Ai di Dangau
Sesampainya di tujuan, saya memakirkan motor di pinggir jalan. Tak ada khawatir di curi. Pasalnya jalan dimana motor diparkir sampai sabang hari selalu ramai di lewati banyak kendaraan. Kami masuk ke sawah dengan menaiki tangga yang cukup tinggi. 

Bapak sengaja membuat pagar masuk di areal persawahan dengan susunan kayu yang dimana setiap yang masuk agak kesulitan. Karena sebelum panen, beberapa gerombolan kambing beberapa kali masuk dan memakan tanaman yang ada di dalamnya. Karena itu membuat bapak marah. Sehingga untuk menyulitkan kambing dan sapi yang sering lalu lalang di jalan, dibuatlah pintu masuk dengan meninggikannya. 

Ai dan Yuda cukup kesulitan berpijak di pintu masuk. Tapi tantangan itu tidak cukup alasan membuat mereka menyerah. Ai dan Yuda sama-sama masih duduk di Sekolah Dasar. 

Di kampungnya, mereka berteman baik. Karena tetanggaan mereka sering menghabiskan waktu bersama. Kadang main di rumahnya Ai, kadang pula menghabiskan waktu di rumahnya Yuda. Dan sore ini saya menemani mereka berdua untuk mengambil daun kelor dan pucuk labu di sawah. Beberapa pohon kelor saya pilih yang daunnya masih segar. Saya petik beberapa, dan mengambilnya di beberapa pohon yang lain. 

Dokpri
Dokpri
Kemudian di sudut sawah, pucuk labu yang segar menjalar menyasar banyak arah. Saya memetik pucuknya beberapa yang masih hijau. Terlihat buahnya masih kecil. Dan biasanya kalau sudah besar seperti bola sepak akan diambil, diolah untuk kebutuhan dasar beragam kue jajanan. Ai menuturkan agak sulit makan tanpa sayur, begitu juga bapaknya. Sehingga ketika tidak ada sayur, biasanya akan datang ke rumah saya. 

"Kalau makan harus ada sayur, karena biasanya nasi keselek di tenggorakan kalau makan" Ujar Ai saat menemani saya memetik daun labu di ujung sawah. 

Dokpri
Dokpri
Setelah di rasa cukup memetik, kami tidak langsung pulang. Sejenak kami bersantai di dangau di pertigaan pematangan sawah. Ukurannya cukup hanya beberapa orang. Di dangau inilah bapak biasa tidur menjaga tanamannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun