Mohon tunggu...
Suradin
Suradin Mohon Tunggu... Duta Besar - Penulis Dompu Selatan

Terus Menjadi Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ibu Telah Menjadi Petani Lintas Generasi hingga Kini

4 Februari 2021   07:12 Diperbarui: 4 Februari 2021   09:14 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri. #Raden't $uccess Forever#, 

MENJADI petani adalah jalan hidupnya. Mulai sejak umuran Sekolah Dasar (SD), ibu sudah diperkenalkan dengan kerasnya menjadi petani. Dunia pertanian merupakan denyut yang menggerakan ekonomi keluarganya sejak lama. Hasil pertanian tidak hanya untuk dikonsumsi demi melanjutkan nafas kehidupan, tetapi juga untuk membiayai saudara lelakinya yang menimba ilmu di kabupaten Bima.

Dua bersaudara dengan ibunya yang sudah mulai menua, ibu menjadi satu-satunya yang bisa diandalkan untuk menopang ekonomi keluarga. Jejak perjuangannya menjadi buah bibir seumurannya di desa Daha, kecamatan Hu'u Kabupaten Dompu-NTB. Pahit. Itu kata yang selalu terlontar dari orang-orang yang melihat perjuangannya di masa lalu. Bahkan beberapa mengkisahkan penuh dengan derai air mata.

Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Ibu telah ditempa oleh kehidupan yang tidak mudah sejak kecil. Pergumulannya dengan dunia pertanian tidak sedikit pun diragukan. Ia telah makan asam garam bagaimana menanam, memanen, bahkan menghitung berapa karung jika padi dibagi dan dikalikan pada saat jual beli. Dan itu tanpa bantuan kalkulator (alat menghitung). Bahkan tidak jarang orang yang bergelar pendidikan pun kalah hitung jika berhadapan dengannya.

Ibu memang sosok yang tangguh, luar biasa dan menjadi teladan bagi anak-anaknya. Perjuangannya terasa sulit dikisahkan dengan kalimat apa pun. Ia selalu hadir menghamparkan kesejukan, kedamaian. Menjadi sandaran kala lelah menggelayut dan bahkan ketika dunia tak berpihak.

Dokpri
Dokpri
Kini, ibu masih menjadi seorang petani. Petani untuk semesta. Menjadi inspirasi bagi semua. Lelah di masa lalu tak membuatnya surut dan berhenti menjadi seorang petani. Bahkan semangatnya masih membara. Membumbung tinggi kala pagi merekah di ufuk timur. Ia telah akrab dengan sengatan sinar matahari, dinginnya hujan dan kubangan sawah yang kotor.

Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Kala musim tanam seperti sekarang ini, Ibu mulai sibuk. Tidak hanya menyiapkan bibit padi, makanan bagi pembajak sawah, tetapi juga ajakan ibu-ibu seusianya untuk bekerja di sawah orang dengan upahan harian yang jarang di tolaknya. 

Dirinya sudah tidak muda lagi, tetapi ia hampir jarang menolak jika diajak bekerja. Anak-anaknya cukup sering melarangnya, tetapi ia sedikit pun tak bergeming. Baginya tidak bekerja sama saja mengundang sakit. Hanya dengan bekerjalah dirinya akan terasa hidup.

Ibu memang pribadi yang luar biasa. Sebagai anak, kami hanya bisa melangitkan doa, semoga yang maha kuasa menjaga kesehatannya, melindunginya dari terpaan hidup dan kelak penghuni surga tingkat tinggi di akherat kelak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun