HARI ini, Rabu, 28 Oktober 2020, yang bertepatan dengan hari lahirnya Sumpah Pemuda, saya baru bisa bersua dan berdiskusi dengan beberapa pemuda desa Jala, yang memiliki perhatian dan kepedulian mengenai Pantai Jala. Pasalnya, sudah beberapa kali saya janjian dengan mereka, tapi tidak pernah bertemu.
Dengan mengendarai sepeda motor, saya melajukan kendaraan dari desa tempat saya tinggal dengan membelah persawahan yang membentang cukup luas.Â
Saya hanya membutuhkan waktu sekitar lima menitan untuk sampai di pantai Jala. Kami janjian akan bertemu dan menikmati temaram senja di pantai  sambil berdiskusi dan menyeruput kopi.
Kami duduk di baruga kecil di bibir pantai. Dengan didominasi oleh kaum hawa, kami berbincang sambil menikmati langit sore yang cukup bersahabat. Terlihat beberapa perahu nelayan yang ditambatkan dibibir pantai.Â
Tapi sayang, pantai ini masih terlihat sangat kotor. Di beberapa titik masih di penuhi dengan berbagai botol kemasan, baik yang sengaja dibuang maupun di bawa arus ke pesisir.Â
Bahkan yang membuatnya miris, masyarakat setempat menjadikan pantai Jala malah sebagai tempat pembuangan sampah. Beberapa pemuda yang saya temui ini adalah mereka yang tergabung dalam komunitas Kopaja yang punya perhatian khusus mengenai kebersihan pantai.Â
Terhitung mereka sudah cukup lama dan sering melakukan pembersihan pantai agar terlihat indah dan mempesona. Mereka terpanggil untuk mengambil bagian untuk menjadi pemuda yang memberikan arti dan manfaat bagi kampung halamannya.
Di momen hari lahirnya Sumpah Pemuda ini, saya merasa senang berada di tengah-tengah mereka. Mereka bukanlah pemuda yang hanya bisa menghujat, mengkritisi, dan menyalahkan pihak lain.Â
Bukan pula kumpulan pemuda yang hanya berani nyinyir di media sosial, tanpa pernah berbuat untuk lingkungan sekitarnya. Di lain sisi, mereka juga mengeluhkan  respon pemerintah desa setempat terkait rencana dan kegiatan yang mereka lakukan.
Bahkan mereka sudah memasukan beberapa proposal kegiatan mengenai pengembangan pantai di beberapa perusahaan dan instansi terdekat. Tapi lagi-lagi mereka harus sedikit bersabar karena sejauh ini usaha yang mereka lakukan belumlah membuahkan hasil.
Pada kesempatan yang sama, saya juga diminta tentang pandangannya mengenai pantai Jala yang mungkin bisa disulap menjadi salah satu destinasi wisata pantai yang bisa memberikan nilai ekonomis bagi masyarakat setempat.Â
Menurut saya, pantai Jala merupakan pantai yang cukup bagus dan bisa menarik banyak pengunjung jika di tata dan dikelola dengan baik. Sebab, ada banyak spot yang bisa dijadikan magnet bagi para pecinta wisata pantai untuk  menyambangi pantai ini. Mulai dari perahu yang berjejer rapi di bibir pantai, sampai pengunjung bisa menikmati sunset di kala sore menyapa.
Memang saya sependapat, bahwa perlu ada dukungan  moril terlebih materi dari pemerintah desa setempat. Bahwa tidak cukup hanya dengan semangat, kemauan, gagasan, konsep, tapi diperlukan kontribusi semua pihak dan konsisten untuk terus melakukan dan mewujudkannya.Â