Mohon tunggu...
Suradin
Suradin Mohon Tunggu... Duta Besar - Penulis Dompu Selatan

Terus Menjadi Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kini Aku Benar-benar Terpuruk dan Tidak Berarti Lagi

22 Oktober 2020   05:28 Diperbarui: 22 Oktober 2020   05:34 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri. #Raden't $uccess Forever#, 

KALI ini aku benar-benar terpuruk. Benar-benar jatuh tersudut dalam hempasan hidup paling terdalam. Aku sudah merasa tidak lagi bermanfaat dalam menjalani hidup ini. Semesta sudah tidak lagi berpihak dengan kehidupan ku.

Aku sudah tidak berdaya lagi. Ingin ku berlari sejauh mungkin. Berlari hingga sampai nafas tidak berhembus. Semua yang aku upayakan ternyata hanyalah ke sia-siaan. Aku membenci diriku sendiri. Aku marah, aku merasa tidak berguna lagi. Aku tidak mampu menjawab segala espektasi yang pernah direncanakan. Aku seolah menjadi sampah bagi semesta.

Hidupku tidak berasa lagi. Semua hambar tak berarti. Saat ini aku kalah, benar-benar kalah. Semesta mencibirku, menghinaku, menghujamku dengan cacian yang sangat menyayat hati.

Andaikan aku bisa berada di suatu tempat, aku ingin sendiri saja tanpa ada yang menganggu. Tanpa ada siapa pun. Bahkan tanpa ada ambisi hidup yang sering menyiksa.

Kini, jangankan tersenyum, mendongakkan kepala saja aku tak mampu. Aku malu terhadap diriku sendiri. Tidak bernilai lagi dalam hal apapun. Sekujur tubuhku dipenuhi dengan rasa bersalah. Rasa menyesal. Rasa benci yang amat sangat terhadap diriku sendiri.

Aku benar-benar tidak bisa berdamai dengannya. Aku sudah terhempas cukup jauh dari jalur kehidupan yang seharusnya aku jalani. Aku sudah tidak dianggap lagi.

Aku sudah tidak memiliki pegangan apa pun saat ini. Tanganku tidak mampu meraih apa pun. Semesta tidak mau mengulurkan tangan untuk mengeluarkan aku dari kubangan penderitaan ini. Ia sudah berpaling dan tidak lagi menganggap aku ada. Baginya, diriku hanyalah satu noktah kecil yang tidak memberikan arti apa-apa tentang kehidupan.

Bahkan aku merasa menyesal kenapa harus ada dan menanggung semua beban yang amat sangat seperti ini. Tahukah semesta bahwa ini telah menyiksaku. Membuat batinku begitu perih yang tidak tertahankan.

Di sini, aku masih sendiri menanggung semua beban yang begitu berat. Aku tidak tahu lagi harus melangkah kemana. Di depanku semua telah gelap. Tak ada satu pun cahaya yang bisa menuntunku agar aku merasa yakin bahwa aku masih berguna.

Aku sudah tidak tahu lagi harus mengatakan apa lagi. Seolah cerita hidupku telah berhenti sampai di sini. Sampai dimana aku sudah benar-benar menyerah terhadap semua yang aku jalani.

Sudah lah hidup ini memang suatu sandiwara yang melelahkan. Suatu skenario yang bukan sebenarnya. Jika suatu saat bisa bangkit kembali dan mewujudkan apa yang menjadi harapanku, berarti Tuhan masih sayang kepada ku. Tapi jika sebaliknya, ternyata tuhan juga ikut membenci ku...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun