Mohon tunggu...
Suradin
Suradin Mohon Tunggu... Duta Besar - Penulis Dompu Selatan

Terus Menjadi Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pulang Kampung yang Mengkhawatirkan

8 April 2020   19:38 Diperbarui: 8 April 2020   19:36 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri. Dae Syarif (pemeriksaan saudara2 yang pulang dari Makassar, di Teka Ndahu, Kecamatan Hu'u Dompu NTB)

MUSIM liburan bagi para perantau di kampung saya, biasanya beberapa pekan sebelum Idul Fitri tiba. Pada saat Idul Fitri, baik yang merantau untuk bekerja, terlebih yang menimba ilmu di beberapa kota di Indonesia akan berbondong-bondong pulang ke kampung halaman.

Mereka melepas rindu dengan orang tua dan sanak saudara di kampung, setelah beberapa tahun berada di kampung orang.

Namun, di awal tahun 2020 ini, tradisi pulang kampung atau pulkam bukan karena sebentar lagi akan merayakan Idul Fitri seperti biasanya. Berbondong-bondongnya mereka yang pulkam, adalah sesuatu hal yang tidak pernah diprediksikan sebelumnya. 

Corona Virus memaksa para perantau untuk kembali ke kampung halaman setelah mereka tidak bisa menjalankan aktifitas seperti biasanya, karena kota atau tempat mereka tinggal berada di zona merah, atau zona berbahaya untuk penyebaran Corona virus.

Kekhawatiran muncul dari sanak saudara di kampung, jika mereka yang berada di perantauan akan terjangkiti virus mematikan tersebut. Namun, di lain sisi, kepulangan mereka juga membuat panik serta ke khawatiran banyak pihak, terlebih masyarakat di mana mereka tinggal. Ke khawatiran ini, memang tidaklah berlebihan, karena tidak bisa dipastikan mereka yang pulkam ini sudah terjangkiti oleh Corona virus atau belum.
Pihak kesehatan, dalam hal ini Puskemas melakukan langkah-langkah medis, untuk menyikapi kepulangan mereka. Beberapa upaya dilakukan dan melibatkan stekholder yang lain, mulai dari pihak pemerintah desa sampai kecamatan. 

Mereka-mereka yang pulang di data, di identifikasi, dikunjungi lalu dilakukan pemeriksaan secara berkala. Kemudian di level pemerintahan di bentuk Satuan Tugas (Satgas), baik di tingkat desa terlebih di tingkat kecamatan, agar bersama-sama terhindar dari virus yang sedang menjalar di hampir semua belahan bumi ini.

Pertemuan-pertemuan terus digalangkan untuk menyatukan persepsi semua pihak, karena Corona virus bukan  masalah internal sebuah wilayah namun merupakan urusan bersama semua pemangku kekuasaan. Ini masalah kemanusiaan. Semua harus ambil bagian.

Setiap desa terus melakukan sosialiasi agar masyarakatnya bisa mematuhi himbauan dari pemerintah, baik pusat maupun di tingkat daerah.

Corona virus telah membuat panik warga dunia, media cetak, elektronik bejebung mewartakan tentang perkembangan kabar Corona virus. Warga disajikan dengan berbagai informasi yang berseliweran bagai kelelawar di lorong goa yang memenuhi udara.

Namun, mereka-mereka yang pulkam tidak selamanya mematuhi himbaun pemerintah, berkumpul, jaga jarak, dan membiasakan cuci tangan tidak selamanya diindahkan dengan baik.

Di kampung sangat mudah menjumpai orang-orang yang berkumpul, seperti di lapangan, di gardu-gardu kampung dan di warung-warung kopi. Mereka nampak tidak menghiraukan segala kosekuenswensi yang bisa disebabkan karena Corona virus, yang cukup berbahaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun