Mohon tunggu...
Mansur AM
Mansur AM Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Menulis dan berbagilah ...\r\n\r\n\r\nBlog: www.notamansur.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gempa 6 SR, Peserta Jenesys Kaget

7 Juli 2011   13:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:51 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Catatan Perjalanan 10 Hari Peserta Jenesys 2011 ke Jepang (6) [caption id="attachment_121255" align="alignright" width="300" caption="Peserta Jenesys di Kantor Koran Nikkei, Tokyo"][/caption] PELAJARAN tata cara menghadapi gempa di Jepang akhirnya bisa dipraktikkan, Kamis (23/6). Pukul 06.45 waktu setempat, terjadi gempa dengan skala 6,7 SR. Guncangan hampir sepuluh detik. Pusat gempa berada di Prefektur Iwade, sebelah Utara Kota Sendai, di  mana peserta Jaringan Pertukaran Pemuda-Pelajar Jepang-Asia Timur berada. Mayoritas peserta masih berada di dalam kamar hotel Green Park. Ada yang di lantai dasar. Empat lainnya sedang berjalan-jalan di sekitar hotel. "Saya di jalan. Gedung bergoyang. Tapi tidak ada yang panic. Warga berhenti sebentar lalu melanjutkan perjalanan," kata Irma, peserta Jenesys dari Makassar. Jangan panik ! Demikian pesan Koordinator Jenesys 2011, Yamada Atsuko, seusai menjelaskan prosedur darurat saat gempa terjadi. "Saya lihat empat orang ke luar kamar. Tapi tidak panik. Good," kata Yamada. Gempa terjadi beberapa saat sebelum rombongan menuju pusat relawan dan rehabilitasi korban di Kota Iwanuma. Kota ini berjarak 6 km dari pesisir Laut Pasifik. Informasi gempa disebarkan lewat TV dan internet. Tidak ada potensi tsunami. Kunjungan ke pusat relawan dan rehabilitasi bencana tetap dilanjutkan. "Gempa skala besar jarang terjadi. Kalau gempa seperti ini dianggap biasa," kata dosen Unhas Ali Mukti saat ditemui Tribun di Universitas Tohoku. _____________***________________ PREFEKTUR Miyagi termasuk salah satu provinsi terparah yang kena dampak gempa dan tsunami, 11 Maret lalu. Sebanyak 9.250 orang meninggal dunia di daerah ini dari total 15.000 warga yang meninggal di seluruh Jepang. Sebanyak 4.723 warga dinyatakan hilang. Pengungsi mencapai 18.600 orang. Khusus di Iwanuma, 181 korban meninggal, 7.814 mengungsi. Tersebar di 28 pusat penampungan. Sebanyak 500 rumah rusak total, 1.10 gedung hancur. Kerugian 24,3  miliar yen. Sebagai kawasan pesisir, warga rutin melakukan latihan evakuasi sehingga jumlah korban meninggal tidak terlalu banyak. Rombongan Jenesys 2011 diterima langsung Kepala Pusat Relawan dan Rehabilitasi Korban Bencana Iwanuma, Toshio Chiba. Lembaga ini didatangi 100-200 orang warga yang mendaftar sebagai relawan. Hari Sabtu-Minggu relawan didominasi pelajar dan mahasiswa. Hari libur giliran professional dan pensiunan. Di Jepang berlaku aturan, perusahaan tidak boleh melarang karyawan/pegawai yang ingin menjadi relawan bencana. Relawan bekerja empat jam per hari. Lembaga ini hanya membayar presmi asuransi volunteer. Ongkos transportasi, penginapan, dan konsumsi ditanggung sendiri relawan. Hingga pertengahan Juni, tercatat 16 ribu relawan telah mendaftar. Mereka membantu 512 rumah tangga yang jadi korban. "Kami menargetkan melayani 700 RT," kata Chiba. ______________***________ HINGGA 5 Juni, seluruh pengungsi telah dipindahkan ke rumah penampungan sementara. Rumah penampungan dilengkapi AC, kulkas, mesin cuci, ricecooker, dan microwave. Dari luar, tiap rumah juga memiliki antenna satellite TV. Ongkos makan-minum pengungsi ditanggung pemerintah selama dua tahun. Pengungsi yang ingin membangun sendiri rumahnya mendapat subsidi 30 ribu yen (Rp 3,2 juta) per bulan. Hingga rumahnya berdiri dan mendapat pekerjaan tetap. Usai diskusi dengan kepala relawan, rombongan diajak menyaksikan sisa-sisa "kekejaman" gempa dan tsunami di wilayah pesisir Iwanuma. Puluhan mobil berbagai merek masih banyak terdampar di areal persawahan. Puing-puing bangunan masih tersisa. Saat bus semakin dekat ke pesisir, bau amis dan lumpur  masih menyengat. Rombongan hanyua mengambil gambar di atas bus. Di pesisir pantai, sebuah tanggul setinggi 15 meter baru saja dirampungkan pembangunannya. Sendai telah memiliki tanggul sejak abad 16. Kunjungan ke salah satu pusat gempa ini menjadi kunjungan puncak peserta selama di Jepang. Jepang kembali bangkit dan membangun setelah gempa hebat 11 Maret lalu. (*) Mansur AM, Makassar catatan: sebagian naskah pernah dimuat di tribun-timur.com dan tribunnews.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun