Mohon tunggu...
Supri Yatno
Supri Yatno Mohon Tunggu... profesional -

Supriyatno adalah seorang Counselor, Trauma Therapist, Freelace Writer, dan Founder Peduli Trauma. Aktif memberikan konseling baik secara online maupun dalam bentuk pertemuan langsung support group mengenai permasalahan trauma masa kecil, trauma perceraian, trauma KDRT, kesehatan mental, trauma kehilangan, dan mind-body connection. Link:http://www.wix.com/supriyatno/personalsite, http://www.facebook.com/groups/pedulitrauma/

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Penolakan di Dalam Diri

14 November 2011   00:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:42 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

PENOLAKAN DI DALAM DIRI

Bagaimanakah Anda mengisi akhir pekan Anda bersama keluarga?

Berikut pengalaman saya dalam mengambil pelajaran kebijaksanaan dalam kebersamaan saya dengan keluarga di akhir pekan.

Pada minggu sore, putri saya kelas 4 SD tiba-tiba saja mengalami muntah-muntah. Padahal sepanjang hari ia ceria dan tidak mengeluh dengan kesehatannya. Saya mencermati ada satu kejadian yang saya curigai menjadi sebab utama muntah-muntahnya. Begini kisahnya.

Pagi hari saya memanggil seorang bapak tukang service untuk membetulkan pompa air yang rusak. Bapak ini membawa serta anaknya yang kelas 1 SD. Dan kebetulan bapak ini adalah tukang service langganan istri saya yang me-maintenance mesin fotokopi toko kami. Karena anaknya mengganggu kerja bapaknya, saya mengundang anaknya untuk ikut serta main game angry birds bersama putri saya. Karena saya sibuk membantu membetulkan pompa yang rusak, saya tidak tahu bagaimana kejadiannya, putri saya menangis dan saya tahu ia ingin main game sementara komputernya sedang dimainkan oleh anak tukang service. Istri saya mencoba memberikan pemahaman tapi sia-sia saja. Saya pun berpikir tidak akan ada gunanya bicara pada putri saya yang masih menangis. Waktu itu saya hanya berkata, " Ade, kalau Ade menggunakan nangis untuk menyelesaikan masalah, maka Ade akan menjadi orang yang mudah bersedih."

Karena capek menangis, putri saya tertidur di lantai. Beberapa jam kemudian anak saya bangun dan "seperti tidak ada masalah." Kami beli bakso dan makan bareng. Setelah itu saya bermain game angry birds bersama putri saya ini. Beginilah salah satu cara saya membangun keakraban dengan putri-putri saya. Anda tahu bahwa saya sebenarnya tidak suka main game. Ini saya lakukan demi men-sahabatkan diri saya dengan anak-anak.

Pada saat suasana sudah cair dan ada kesempatan, saya bicara dengan putri saya perihal kejadian tadi. Saya tanya tadi kenapa Ade menangis. Ia diam saja menatap saya sambil tersenyum. Saya katakan padanya jika kejadian tadi tidak ingin terulang lagi, ia harus TEGAS dari awal. Jangan diberi kesempatan anak tukang service untuk main game, atau ia bisa bilang untuk gantian main game. KETEGASAN adalah pelajaran yang ingin saya tanamkan kepada putri saya ini.

Lalu kaitannya kejadian ini dengan muntah-muntahnya apa? Saya yakin bahwa nasehat saya telah menimbulkan RASA BERSALAH di dalam dirinya. Putri saya telah "menghukum" dirinya karena ia tidak seharusnya menangis. Muntah-muntah adalah tanda sebuah penolakan yang terjadi di dalam dirinya. Bagi saya tidak apa-apa. Artinya ada satu hal lagi sebuah masalah yang saya temukan yang menjadi pekerjaan rumah saya untuk menanamkan pengertian baik untuk kebaikan diri putri saya.

Pekerjaan rumah bagi semua orang tua adalah membantu anak-anak untuk mengenal dengan baik diri sendiri dan ini hanya dapat dilakukan oleh orang tua yang telah belajar mengenali diri mereka sendiri. Mengenali siapa diri kita adalah jalan untuk lebih dekat dengan Tuhan, sebagaimana disebutkan "Kenalilah dirimu, maka kau akan mengenal siapa Tuhanmu."

Semoga pengalaman yang saya share di pagi hari yang cerah ini dapat membuka pengertian-pengertian yang membaikkan Anda dan keluarga Anda.

Love Yourself!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun