Istilah Keren "Paylater" tetapi Intinya Kita Disuruh berutang dengan Bunga Tinggi
Kita sering mendengar istilah rentenir. Banyak orang mencaci maki atau menghina orang yang disebut rentenir karena mereka dianggap orang yang mengambil untung terlalu besar dengan meminjamkan uang. Pada satu sisi banyak orang yang meremehkan atau melecehkan pekerjaan rentenir. Dianggapnya pekerjaan itu tidak baik. Seorang rentenir dianggap sebagai orang yang menyusahkan orang lain karena meminjamkan uang dengan mengambil bunga terlalu tinggi.
Pada sisi lain ternyata cukup banyak masyarakat Indonesia yang terjerat oleh rentenir dengan  nama atau istilah khusus di daerah.
Dedi Mulyadi sering menyebut rentenir dengan istilah Bank Emok di wilayah Jawa Barat. Kemudian di Jawa Tengah dan Yogyakarta ada istilah Bank Plecit atau Bank Thitil.
Masyarakat yang sering memanfaatkan Bank Emok dan Bank Plecit adalah masyaraat golongan bawah. Penghasilan mereka tidak tetap seperti kaum buruh, pedagang di pasar, dan pemilik warung-warung kecil di pinggiran kota atau di desa-desa.
Berhubung terdesak oleh kebutuhan pokok, terpaksa masyarakat golongan itu meminjam uang kepada rentenir dengan baju  Bank Emok atau Bank Plecit.
Proses pencairan pinjaman cepat, tidak memakai syarat macam-macam seperti kalau mau meminjam uang di bank konvensional (bank pemerintah atau bank swasta) Â seperti Bank Rakyat Indonesia, Bank Mandiri, Bank Syariah Indonesia, Bank Central Asia, atau bank-bank lain yang memiliki kantor pusat dan kantor cabang di mana-mana.
Kemudahan proses meminjam uang pada Bank Emok dan Bank Plecit itulah yang membuat masyarakat mudah tergiur untuk berutang. Mereka tidak menyadari bahwa bunga pinjaman yang harus dibayarkan tidaklah sedikit. Mereka hanya paham bahwa uang pinjaman cepat cair, tanpa persyaratan macam-macam, dan angsuran dibayarkan setiap hari dengan jumlah yang sangat "kecil".
Tukang tagih Bank Emok dan Bank Plecit sangat lincah. Mereka sangat terlatih dan "profesional". Ada kalanya, oknum "petugas" dari Bank Emok atau Bank Plecit memberikan peluang pinjaman baru untuk menutupi angsuran yang belum dapat ditunaikan oleh peminjam.
Dengan demikian, si peminjam sudah membuka "lubang" baru. Mereka ingin menutup "lubang pertama" dengan membuka "lubang baru", demikian seterusnya sehingga mereka tidak menyadari sudah terlilit utang yang begitu besar.
Tidak sedikit orang yang meminjam uang pada Bank Emok atau Bank Plecit menjadi hilang akal bahkan bunuh diri karena sudah tidak sanggup membayar semua pinjaman yang menjeratnya. Â