Mohon tunggu...
Suprihadi SPd
Suprihadi SPd Mohon Tunggu... Selalu ingin belajar banyak hal untuk dapat dijadikan tulisan yang bermanfaat.

Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Investasi yang Dapat Dinikmati setelah Pensiun Kerja

18 April 2025   21:16 Diperbarui: 18 April 2025   21:16 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memberikan pendidikan kepada anak adalah investasi (dokpri)

Investasi yang Dapat Dinikmati setelah Pensiun Kerja

Banyak teori terkait investasi yang aman. Banyak contoh investasi yang tanpa risiko. Semua bisa dipilih dan dicoba pada saat kita masih aktif bekerja. Artinya, pada saat kita masih mempunyai penghasilan rutin, investasi yang menarik dan menguntungkan perlu dipilih, dicoba, dan dilihat hasilnya.

Pikirkan Pendidikan Anak

Sebagai orang tua yang mempunyai tiga anak laki-laki, saya tidak terlalu memikirkan investasi yang mewah seperti membeli saham, membeli tanah, atau menabung emas.

Tugas atau kewajiban orang tua adalah menyekolahkan anak sesuai keinginan anak itu. Demikian prinsip yang saya pegang kuat. Untuk itu, saya selalu berusaha ingin mengetahui apa keinginan ketiga anak tersebut.

Alhamdulillah, anak pertama dan kedua sudah selesai sekolah (kuliah) dan bekerja. Anak ketiga sudah selesai jenjang SMA dan baru belajar bekerja.

Dengan berupaya memikirkan pendidikan anak-anak, barulah saya menyadari bahwa menyekolahkan anak sesuai minat merupakan investasi yang paling besar. Mengapa demikian?

Setelah anak pertama kami bekerja dan menikah, dari sanalah saya dapat memetik hasil investasi (karena membiayai sekolahnya). Apa hasilnya? Anak saya dapat memberikan dua cucu yang membahagiakan kami!

Pada saat kami orang tuanya berkunjung menjenguk cucu, segala fasilitas selama di rumah anak ditanggung (dibiayai) oleh sang anak. Bukankah itu adalah hasil investasi?

Bagaimana jika kami selaku orang tua tidak mau membiayai pendidikan anak? Tentu sang anak akan memiliki kehidupan yang mungkin kurang menguntungkan dari sisi ekonomi. Sang anak mungkin melupakan orang tuanya ketika sukses karena dianggap orang tuanya tidak ikut berperan dalam meraih kesuksesan itu. Orang tua dianggap tidak ikut berinvestasi terhadap proses sang anak menjadi orang yang berkecukupan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun