Mohon tunggu...
Suprihadi SPd
Suprihadi SPd Mohon Tunggu... Penulis - Selalu ingin belajar banyak hal untuk dapat dijadikan tulisan yang bermanfaat.

Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Berkah Buka Puasa Bersama

23 Maret 2023   16:39 Diperbarui: 23 Maret 2023   16:42 1027
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kue untuk berbuka (dokpri)

Berkah Buka Puasa Bersama


Perintah untuk menyegerakan berbuka bagi umat Islam yang melaksanakan puasa Ramadan sangat tepat. Dalam kondisi perut kosong sekitar delapan jam (bahkan lebih) perlu segera diisi. Namun, ada anjuran bahwa makan saat berbuka tidak boleh tergesa-gesa agar perut tidak kaget. Kondisi yang semula kosong jika tiba-tiba dimasuki makanan dalam jumlah banyak tentu akan kaget! Sakit perut pun akan dialami.


Tahapan Buka Bersama


Saat azan magrib dikumandangkan, waktu berbuka pun diperbolehkan. Anjuran yang sering disampaikan oleh para ulama atau para ahli kesehatan selalu sama, minumlah atau makan yang manis-manis lebih dahulu. Buah kurma adalah pilihan makanan (buah) terbaik untuk mengawali berbuka.
Ada sebagian orang yang cukup minum air putih saat berbuka, kemudian menjalankan ibadah salat magrib. Ada pula sebagian orang yang terbiasa minum teh hangat manis dan menyantap satu atau dua potong kue. Ada pula orang yang saat mulai berbuka langsung menikmati makanan berat (nasi plus lauk pauknya). Semua kebiasaan itu boleh-boleh saja diteruskan. Hanya satu peringatan yang tidak boleh dibantah: Jangan makan dan minum dengan tergesa-gesa.
Seorang teman bercerita bahwa ia tidak bisa makan nasi saat mulai berbuka. Hanya kue-kue yang disantap. Setelah salat magrib, baru bisa (terbiasa) makan makanan berat. Itu masih dapat dimaklumi. Ada teman lain bercerita bahwa ia habis salat tarawih baru bisa makan karena saat berbuka sudah kenyang makan kue-kue yang cukup banyak.


Buka Puasa Bersama


Untuk menyemarakkan suasana Ramadan, banyak masjid, surau, langgar, dan musala melaksanakan acara buka bersama. Para jamaah digilir untuk menyediakan kue dan minuman untuk berbuka bersama di masjid. Kegiatan itu positif. Anak-anak yang tidak terbiasa ke masjid untuk salat magrib, sejak ada acara berbuka bersama, ia jadi rajin ke masjid. Pada awalnya, motivasi ke masjid karena ada makanan dan minuman gratis. Seiring perjalanan waktu, tanpa ada makanan dan minuman pun ia akan rajin ke masjid (insya Allah).
Para pejabat atau orang kaya di suatu wilayah sering mengadakan acara berbuka puasa di rumahnya. Banyak kolega dan warga sekitar rumahnya diundang untuk menikmati hidangan berbuka bersama itu. Kegiatan semacam itu sangat positif. Di samping untuk berbagi dan ikut menyemarakkan Ramadan, ada kalimat atau petuah yang mengatakan bahwa memberi makanan untuk berbuka orang yang sedang puasa maka pahala yang diperoleh oleh orang yang diberi makanan untuk berbuka itu akan diterima pula oleh orang yang memberi.
Tentu saja niat ikhlas memberi yang lebih diutamakan, bukan iming-iming pahala semata yang dicari. Meskipun hal itu tidak dilarang, tetap saja akan tampak, orang yang ikhlas memberi atau terpaksa memberi. Hanya Allah yang tahu.


Terkadang pada suatu masjid cukup banyak makanan untuk berbuka sedangkan jamaah yang hadir untuk berbuka hanya sedikit. Makanan akan tersisa. Bagaimana ini? Pengurus masjid yang cekatan akan membagi habis kue-kue itu kepada jamaah yang hadir untuk dibawa pulang. Niat para penyumbang makanan untuk berbuka adalah memang untuk berbuka para jamaah. Bukan untuk yang lain.
Namun, ada juga pengurus masjid yang menyimpan makanan yang tersisa itu di kamar atau gudang masjid. Setelah salat tarawih biasanya ada agenda mengaji bersama (tadarus). Makanan sisa berbuka itu disuguhkan kepada jamaah yang ikut mengaji bersama.
Adakalanya, makanan tidak habis juga. Mungkin karena para jamaah yang mengaji sudah cukup kenyang sehingga tidak sanggup menghabiskan hidangan sisa berbuka itu.
Keesokan harinya baru diketahui, banyak makanan yang sudah basi teronggok di dekat tempat berwudu atau tempat cuci piring. Kalau kondisi ini terjadi terus menerus, siapa yang disalahkan?
Para penyumbang makanan untuk berbuka memang berniat agar makanan yang diantarkan ke masjid itu untuk dimakan habis, bukan dibiarkan tersisa dan mubazir.
Hal ini perlu menjadi perhatian pengurus masjid agar makanan untuk berbuka ya dihabiskan (dibagikan) kepada para jamaah yang hadir untuk berbuka puasa. Bukan disimpan dengan alasan untuk para jamaah yang mengaji (tadarus). Kalau tidak habis dimakan, bagaimana?


Semoga pada tempat ibadah yang melaksanakan acara berbuka bersama mulai tahun ini, tidak ada yang menyimpan makanan untuk berbuka. Biarlah makanan itu dibagikan kepada jamaah yang hadir untuk dibawa pulang. Siapa tahu anggota keluarga jamaah yang di rumah belum kenyang atau belum menikmati hidangan berbuka yang seharusnya.
Bagaimana di lingkungan sekitar Anda?


Penajam Paser Utara, 23 Maret 2023

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun