Mohon tunggu...
Suprihadi SPd
Suprihadi SPd Mohon Tunggu... Penulis - Selalu ingin belajar banyak hal untuk dapat dijadikan tulisan yang bermanfaat.

Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pembelajaran Berdiferensiasi Itu Seperti Apa?

18 November 2022   04:54 Diperbarui: 18 November 2022   05:37 2218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Guru dan Murid-Pembelajar Berdiferensiasi (Shutterstock via Kompas.com)

Guru-guru di semua jenjang mulai tahun pembelajaran 2022/2023 disibukkan dengan agenda "penyesuaian diri" terhadap "Kurikulum Merdeka". Perubahan kurikulum dengan proses yang tidak sama dengan periode perubahan sebelumnya sangat membuat para guru bertanya-tanya.

Pada perubahan periode sebelumnya, perubahan dari Kurikulum 2004 ke Kurikulum 2013, ada bimtek atau pelatihan secara berjenjang. Berbeda dengan penerapan "Kurikulum Merdeka". Untuk dapat "menikmati" kurikulum baru itu, para kepala sekolah harus berkompetisi untuk mendapatkan jatah yang jumlahnya sangat sedikit. Pada tahap awal (tahun 2021), hanya 2.500 sekolah yang berhak "menikmati" kurikulum tersebut melalui program "Sekolah Penggerak".

Gegap-gempita peluncuran "Guru Penggerak" dan "Sekolah Penggerak" hanya dapat dinikmati segelintir insan pendidikan yang "gemar" bercengkerama dengan dunia TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi). Untuk guru/kepala sekolah yang tidak "gemar" berinternet akan "tersisih" dan "tersudut".

Pembelajaran Berdiferensiasi

Satu ciri Kurikulum Merdeka adalah digulirkannya istilah "Pembelajaran Berdiferensiasi". Arti atau makna istilah itu harus benar-benar dipahami agar para guru, peserta didik, dan orang tua/wali peserta didik tidak salah persepsi.

Kata "diferensiasi" merupakan kata serapan dari bahasa Inggris yang berarti "proses, cara, perbuatan membedakan; pembedaan." Kita harus memahami bahwa setiap peserta didik memiliki kondisi khusus yang tidak sama dengan peserta didik lain. Kondisi khusus bisa terkait tempat tinggal atau domisili, latar belakang pendidikan orang tua, posisi anak dalam keluarga (anak pertama, anak terakhir, anak tunggal), dan hal-hal lain yang dapat mempengaruhi motivasi peserta didik dalam belajar.   

Kondisi khusus dapat terkait dengan gaya belajar. Gaya belajar peserta didik juga berbeda-beda. Ada peserta didik yang lebih suka mendengarkan penjelasan dari guru (lewat audio). Ada pula peserta didik yang lebih suka menonton atau menyaksikan sesuatu dalam belajar (lewat peragaan atau video). Ada pula peserta didik lebih mudah memahami suatu materi pelajaran dengan melakukan (praktik mengerjakan).

Setiap guru harus mencari tahu gaya belajar setiap peserta didik. Bagaimana caranya? Bisa melalui angket, tanya jawab, atau cek langsung. Untuk cek langsung, guru perlu praktik menerapkan semua model pembelajaran. Ada guru lain melakukan pengamatan terhadap reaksi peserta didik. Dengan cara mengamati seperti itu, dapat dijadikan satu bahan referensi terkait gaya belajar peserta didik.

Dengan memahami kondisi-kondisi peserta didik seperti itu, seorang guru wajib melayani sesuai kebutuhan (keinginan) peserta didik dalam menyerap materi (konten) pelajaran. Tugas ini cukup berat bagi para guru. Persiapan harus dilakukan dengan matang agar materi (konten) yang dipelajari pesera didik benar-benar dapat dikuasai dengan baik.

Ada tiga macam pembelajaran berdiferensiasi yang sering disampaikan oleh para fasilitator Sekolah Penggerak atau para Guru Penggerak, yaitu diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan diferensiasi hasil/produk. Berikut diulas secara ringkas satu per satu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun