Mohon tunggu...
Suprihadi SPd
Suprihadi SPd Mohon Tunggu... Penulis - Selalu ingin belajar banyak hal untuk dapat dijadikan tulisan yang bermanfaat.

Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bahasa Ibu Bahasa Indonesia

4 Oktober 2022   13:51 Diperbarui: 4 Oktober 2022   13:55 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa Ibu Bahasa Indonesia

Hidup di perantauan harus pandai-pandai menyesuaikan diri. Orang yang merantau pada umumnya sudah siap menghadapi berbagai tantangan yang menghadang di tempat pemukiman barunya. Perantau tidak melulu orang yang "tidak punya apa-apa".

Sebagian perantau adalah orang yang memang mendapatkan tugas baru di perantauan. Sebelumnya, ia hidup pada lingkungan yang homogen, baik dilihat dari sisi budaya, termasuk penggunaan bahasa sehari-hari.

Tiba di perantauan, banyak orang dari berbagai daerah dengan budaya dan bahasa yang tidak sama. Saat itulah peran bahasa Indonesia sangat menonjol.

Mereka tidak lagi memakai bahasa daerah untuk berkomunikasi dengan 'teman' baru dari wilayah lain di Indonesia. Sama-sama dalam lingkungan kerja atau tempat tinggal perlu berkomunikasi yang efektif.

Dari situlah peran bahasa Indonesia sebagai pemersatu bangsa sangat tampak. Agar dapat berkomunkasi dengan lancar, bahasa nasional yang digunakan.

Perantau Sejak 1987

Saya merantau sejak akhir tahun 1987 di Kalimantan Timur. Ada surat tugas yang mengharuskan saya menjadi guru pada sebuah SMA di Kecamatan Penajam, Kalimantan Timur. Waktu itu saya masih lajang, usia baru 23 tahun. Dua tahun kemudian menikah dengan gadis dari Magelang. Dua tahun berikutnya, 1991, putra pertama dilahirkan.

Untuk mengajari berbicara anak pertama itu, kami menggunakan bahasa Indonesia. Hal itu kami lakukan mengingat lingkungan tempat tinggal kami di Penajam beragam asal usulnya (dari daerah yang beragam).

Pada tahun 1993, putra kedua dilahirkan. Semakin ramai suasana rumah tangga kami. Bahasa Indonesia tetap kami gunakan untuk berkomunikasi.

Permasalahan muncul ketika anak-anak sudah mulai sekolah. Saat mudik ke Jawa, anak-anak kurang dapat berkomunikasi dengan kakek dan nenek di Jawa. Orang tua kami (ayah ibu kandung dan mertua) lebih lancar menggunakan bahasa daerah.

Saya tidak merasa khawatir dengan kondisi seperti itu. Kasih sayang tidak luntur gara-gara perbedaan bahasa untuk berkomunikasi dengan keluarga besar di Jawa.

Bahasa Ibu anak-anak zaman sekarang memang bahasa Indonesia. Meskipun sebagian kelurahan atau desa masih menggunakan bahasa daerah (saat berada di lingkungan keluarga), tetap saja bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi di lingkungan lebih luas.

Apakah bahasa daerah akan punah?

Keberadaan bahasa daerah masih akan tetap dibutuhkan. Para pendahulu kita, tentu tidak rela bahasa leluhur mereka "dimusnahkan". Para pejabat pemerintahan yang memiliki kebijakan tentu perlu mendapat masukan agar bahasa daerah tetap dilestarikan.

Lingkungan pendidikan adalah tempat yang paling tepat untuk melestarikan bahasa daerah. Pelajar mulai jenjang SD hingga SMA perlu mendapatkan pelajaran bahasa daerah untuk melestarikan budaya bangsanya. Para penutur asli, orang-orang tua yang masih menggunakan bahasa daerah dalam berkomunikasi perlu dijadikan narasumber.

Kalau anak zaman sekarang begitu asing dengan bahasa daerah yang masih banyak penuturnya itu memang perlu belajar bahasa daerah yang 'asing' bagi mereka itu. Sebagai 'mata pelajaran' khusus, bahasa daerah memang termasuk bahasa 'asing' bagi anak zaman sekarang.

Selain bahasa Ingris, bahasa daerah memang perlu dipelajari untuk melestarikan budaya bangsa kita. Slogan yang sering kita baca: utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, kuasai bahasa asing.

Penajam Paser Utara, 4 Oktober 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun