Mohon tunggu...
Suprihadi SPd
Suprihadi SPd Mohon Tunggu... Penulis - Selalu ingin belajar banyak hal untuk dapat dijadikan tulisan yang bermanfaat.

Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pulang Kampung Wajib Naik Kereta Api

27 September 2022   21:36 Diperbarui: 27 September 2022   21:46 700
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri
dokpri
Setelah tiket di tangan, langkah selanjutnya, berjalan kaki menuju kereta api yang sudah menunggu. Saya benar-benar dibuat takjub. Lokomotif sangat modern, tidak kalah dengan lokomotif kereta api luar negeri. Saya sempat agak bingung, benarkah saya sedang berada di Yogyakarta?

Penumpang yang saya temui banyak orang nonpribumi. Wajah-wajah bukan orang Indonesia saya temui di dalam gerbong kereta api. Yogyakarta memang kota wisata. Tidak perlu heran banyak orang nonpribumi di tempat-tempat umum. Saya segera mencari kursi yang masih kosong.

Tempat duduk mewah

Saya dibuat takjub untuk kesekian kalinya. Tempat duduk masih terlihat baru. Sandaran kursi cukup tinggi. Kepala akan terasa nyaman saat duduk. Posisi kursi juga nyaman. Ada sisi kursi dekat jendela. Saya pun memilih kursi dekat jendela. 

dokpri
dokpri
Kenyamanan duduk dekat jendela, ada colokan charger HP. Ini tentu sangat membantu bagi saya yang sering "kehabisan baterai". Tanpa sungkan, saya segera mengeluarkan kabel charger dan mencolokan pada stop kontak di dinding bawah jendela. 

dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
Dengan biaya dua puluh ribu rupiah, saya merasakan kenyamanan yang tidak saya temukan saat naik PRAMEKS (Prambanan Ekspres) dari Klaten ke Maguwo atau sebaliknya beberapa tahun sebelumnya. KA PRAMEKS Solo-Yogya memang sangat padat sejak pagi hingga malam hari. Jam berapa pun naik KA itu, saya jarang mendapatkan tempat duduk. Banyak penumpang yang harus berdiri dan berdesak-desakan waktu itu. Dalam tiket memang sudah tertera TANPA TEMPAT DUDUK. Ya, wajar saja, harga tiket waktu itu hanya delapan ribu rupiah.

Dengan adanya KA bandara YIA ke Stasiun Tugu benar-benar memanjakan pemudik seperti saya. Jika naik bus biaya lebih mahal dan waktu tempuh relatif lebih lama. Saya benar-benar bersyukur dengan adanya moda transportasi dengan biaya yang sangat ramah di kantong itu.

KA Yogya-Solo

Untuk menuju Kabupaten Klaten, dari Stasiun Tugu Yogya, saya memilih naik KA lagi. Namun, tiket tidak dijual online seperti KA bandara. Untuk bisa naik KA Yogya-Solo atau sebaliknya, penumpang harus mempunyai Kartu KAI seperti kartu untuk masuk ke jalan tol.

Saya pun antre untuk mendapatkan kartu tersebut. Loket berada agak di dalam sehingga saya harus berjalan memutar, keluar dulu seperti penumpang lain. Antre di loket, baru masuk lagi dengan membawa Kartu KAI itu.

Waktu sangat berharga saat naik KA. Jam-jam kebetangkatan sudah ditentukan. Para penumpang harus tahu betul jadwal KA yang akan dinaikinya. Bertanya kepada petugas adalah cara praktis agar tidak salah masuk gerbong. Di stasiun Tugu Yogya banyak jalur rel KA. Banyak gerbong yang parkir. Ada KA jurusan ke Jakarta dan ada KA jurusan ke Surabaya. Ada juga KA jalur dekat, seperti KA jurusan yang akan saya naiki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun