Mohon tunggu...
Suprihadi SPd
Suprihadi SPd Mohon Tunggu... Penulis - Selalu ingin belajar banyak hal untuk dapat dijadikan tulisan yang bermanfaat.

Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Bagaimana Mulai Mengenalkan Bahasa Indonesia?

11 September 2022   12:27 Diperbarui: 11 September 2022   12:40 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Bagaimana Mulai Mengenalkan Bahasa Indonesia?

Banyak metode atau cara mengenalkan bahasa asing bagi para pemula. Orang mau belajar bahasa Jepang, bahasa Jerman, bahasa Mandarin, atau bahasa Arab, sudah banyak buku panduan tersedia. Berbagai metode ditawarkan untuk mempermudah pemahaman.

Bagaimana dengan bahasa Indonesia? Bagaimana mengenalkan bahasa Indonesia kepada anak-anak yang sudah menggunakan bahasa ibu dengan bahasa daerah dalam berkomunikasi?

Pengalaman memiliki anak tiga orang, saya merasakan perbedaan perkembangan setiap anak tidak sama dalam menangkap atau memahami bahasa. Proses penyerapan dalam belajar berbeda hasilnya. Sebagai orang tua, saya pun berupaya membantu agar semua anak  kami dapat lancar menyerap bahasa dasar.

Buku-buku bergambar yang menarik kami sediakan. Buku gambar binatang, gambar kendaraan, dan gambar benda-benda lain kami sodorkan kepada semua anak kami (pada masanya). Nama-nama benda pun kami perkenalkan dengan menunjuk gambar dalam buku itu.

Tujuan awal adalah berlatih berbicara, bukan membaca. Anak-anak diperkenalkan dengan bunyi-bunyi bahasa yang teratur. Upaya mengulang ucapan dilatihkan terus-menerus hingga anak-anak sudah paham. Tanpa diminta sudah bisa membuka-buka buku dan mengucapkan nama-nama benda yang kami tunjuk.

Upaya awal tidak menemui hambatan. Anak-anak sudah dapat berbicara dengan lancar. Sebagai orang tua kami merasa senang. Selanjutnya, kami memperkenalkan benda nyata yang ada di sekitar rumah. Bukan gambar dalam buku. Benda seperti sapu, bantal, kasur, gelas, piring, dan benda lain yang biasa digunakan untuk aktivitas di rumah harus diketahui anak.

Menginjak usia sekolah, anak baru diperkenalkan dengan aksara atau huruf. Proses ini memakan waktu cukup lama. Tidak mudah anak-anak menyerap atau memahami bentuk-bentuk huruf yang bermacam-macam. Demikian pula bentuk-bentuk angka.

Dari tiga anak kami yang baru belajar membaca, hanya anak ketiga yang cukup cepat dapat menyerap tahap demi tahap proses membaca. Ternyata metode yang diterapkan guru di TK-nya berbeda dengan dua kakaknya.

Waktu itu belum ada "larangan" mengajarkan membaca pada siswa TK seperti saat ini. Waktu itu anak-anak TK sudah diperkenalkan buku-buku untuk berlatih membaca. Saya mengamati anak ketiga kami itu diberi oleh gurunya buku-buku yang cukup banyak dan berseri (berjilid-jilid) untuk berlatih membaca saja.

Satu per satu buku-buku itu saya amati. Memang ada perbedaan signifikan dengan buku yang digunakan dua kakaknya sewaktu masih kecil dulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun