Mohon tunggu...
Supli Rahim
Supli Rahim Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati humaniora dan lingkungan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sanitasi Tempat-tempat Umum Tanggung Jawab Siapa?

6 Desember 2020   07:34 Diperbarui: 6 Desember 2020   10:26 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketiga, sanitasi hotel-hotel terbilang baik, di mana wc yang ada bersih, mencukupi dan air bersih tersedia dengan baik dalam hal kualitas dan kuantitas.

Keempat, sanitasi di bandara, stasiun kereta api, rumah, show room mobil, salon kecantikan tergolong baik. Jumlah wc mencukupi, kebersihannya terjaga, jumlah dan kualitas air bersih cukup dan pengelolaan sampah tergolong baik.

Kelima, sanitasi di masjid-masjid tergolong sedang sampai baik. WC di sejumlah masjid di kota-kota dan desa-desa dalam wilayah Sumatera Selatan tergolong mencukupi dan bersih. Masihbada sejumlah masjid yang wanya belum terpelihara dengan baik dengan jumlah dan kuantitas air bersih yang kurang mencukupi tetapi makin ke tahun belakangan jumlahnya semakin berkurang. Ada sejumlah masjid yang mempunyai sanitasi sangat baik.

Mengapa sanitasi TTU belum semuanya baik?

Menurut pendapat kebanyakan para pakar Sanitasi atau sanitarian, penyebab buruknya kondisi sanitasi di tempat-tempat umum yang ada di negara-negara berkembang adalah karena rendahnya komitmen para pihak yang terlibat. Yang terlibat dalam pengelolaan sanitasi TTU adalah pemerintah, pengusaha dan masyarakat pada umumnya. 

Buruknya kondisi sanitasi di terminal dan pasar tradisional salah satunya disebabkan buruknya perencanaan. Setiap pasar tradisional dan terminal bis tidak direncanakan dengan baik berapa jumlah WC yang semestinya tersedia. Menurut peraturan perundang-undangan dari Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pekerjaan Umum RI jumlah WC untuk pasar adalah 1 wc pria untuk 60 pedagang pria dan 1 wc untuk pedagang wanita. 

Hasil pengamatan penulis dan para mahasiswa MKM STIK Bina Husada tahun 2020, kebanyakan pasar tradisional di kebanyakan kota di Sumatera Selatan tidak memiliki WC umum yang mencukupi dan kondisinya jauh dari memadai. 

Negara dan masyarakat tidak hadir

Buruknya kondisi sanitasi di TTU yang diteliti 30 mahasiswa MKM STIK Bina Husada pada tahun 2020 itu terkait dengan tidak hadirnya negara dan masyarakat serta penguasa untuk memperbaiki keadaan yang sudah berlangsung sejak lama. Negara mestinya hadir untuk memperbaiki keadaan. Demikian juga dengan pengusaga. Kenapa mereka tidak hadir untuk memperbqiki keadaan. Selanjutnya masyarakat juga tidak memperbaiki keadaan.

Terkait dengan minimnya sarana dan prasarana sabitasi pada TTU penulis ingin menghimbau kepada pemerintah dalam hal ini Dinas perhubungaj, dinas PU dan kepala pasar dan kepala terminal agar segera mengambil sikap untuk memperbaiki keadaan. Jumlah WC umum hendaknya diperbanyak. Bahkan ada pasar tradisipnal yang letak WCnya  amat jauh dari tempat mereka berjualan. WC di terminal bis jumlahnya tergolong kurang. Penyediaan air bersih jauh dari mencukupi apalagi jika terjadi pandemi covid 19 seperti sekarang ini terasa sekali bahwa sapras sanitasi jauh dari kata cukup..

Negara dan pengusaha mesti hadir untuk memperbaiki kondisi pasar tradisional yang masih mengalami kekumuhan selama pasar dibuka. Kumuh, bau, becek dan semberaut. Penyediaan tempat sampah yang mencukupi mesti dijadikan prioritas. 

Jayalah kita semua. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun