Mohon tunggu...
Supli Rahim
Supli Rahim Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati humaniora dan lingkungan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Pandai Menghitung tapi Tak Pandai Berhitung

29 Maret 2020   17:42 Diperbarui: 29 Maret 2020   18:55 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bismillah,

Jangan bosan untuk terus bersyukur pada Allah dengan mengucapkan Alhamdulillah sebanyak aimatNya. Jangan berhenti berselawat kepada nabi, Allahumma shaliala muhammad. Sebagai tanda kita mencintai beliau. Dengan berselawat kepada nabi hati jadi tenteram, dengan  banyak berselawat kepada nabi kita sedang meniru amalan Allah dan malaikat-malaikatNya, yang bisa menyebabkan Allah ridho dan akan dapat syafaat nabi pada hari kiamat kelak. Tulisan ini mengungkapkan fakta bahwa kita manusia hanya pandai berhitung tapi tak pandai menghitung.

Berhitung vs menghitung

Berhitung adalah kegiatan menambah, mengali, mengurangi, dan mengalikan apa-apa yang ada pada diri kita dan jumlahnya sedikit. Sedangkan menghitung adalah kegiatan mengalikan bilangan yang banyak sekali bahkan tak terhitung jumlahnya. Yang kita hitung terkadang tak berapa penting tetapi yang tidak kita hitung adalah yang jumlahnya tak terhingga dan sangat penting.

Menghitung nikmat tuhan adalah pekerjaan yang jarang kita manusia lakukan. Sejak kita dalam kandungan ibu kita diberi oksigen dalam jumlah yang sangat banyak dan mutlak ada. Oksigen yang diperlukan manusia setiap 24 jam katakanlah sebanyak  7000 liter.

Baru-baru ini ada kejadian yang menggetarkan hati saya yang paling dalam lalu menyebabkan air mata menetes membasahi pipi. Seorang kakek jatuh tanpa sengaja di Saudi Arabia yang menyebabkan dia harus dirawat selama 24 jam di hospital. Selama dirawat dia mesti diberi oksigen dari tabung.  

Setelah dinyatakan sehat besoknya dia diberi  "bill" perawatan yakni SR 600. Dia menangis tersedu-sedu. Dokter keheranan kenapa paman menangis katanya? Apa paman tak ada uang? Bukan itu yang kutangiskan dok, katanya. Yang kutangiskan adalah bahwa hanya 24 jam saya diberi okaigen dari RS ini saya harus membayar SR 600 atau setara dengan Rp 2400 k. Bayangkan jika saya harus mwmbayar selama hidup saya yakni 78 tahun x 365 hari x SR 600. Saya tidak sanggup membayarnya. Mendengar itu dokter juga ikut menangis. 

Menghitung kebaikan Orangtua

Selama ini kita menganggap kebaikan orangtua kita sedikit. Maka setelah kita mempunyai anak sendiri kita bisa menghitung betapa banyak dan tak terhingganya kebaikan orangtua kita kepada kita. Orangtua kita dalam keadaan sakit dan tidak punya uang mesti membayar uang SPP sekolah kita. Mesti memberi makan kita. Membeli obat untuk kesembuhan sakit kita. Mengasuh kita walau mereka sedang sakit. Menjaga kita walau mereka kurang tidur. Melindungi kita kala berjalan, melindungi kita kala kita diganggu orang lain.

Setelah kita dewasa kita tidak serta merta memberikan gaji kita kepada mereka karena kita juga ada keperluan. Atau anak istri/suami kita ada keperluan. Orangtua tetap bahagia hanya dengan mendengar berita dari kita. Karena itu nasehat untuk kita semua, jangan susahkan orangtua kita dengan rasa rindu plus kirimilah sebagian rezeki yang Allah berikan pada kita kepada orangtua kita.

Harga-harga adalah subsidi dari Allah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun