Mohon tunggu...
Supli Rahim
Supli Rahim Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati humaniora dan lingkungan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rezeki Itu Lebih Luas dari Harta

21 Januari 2020   09:29 Diperbarui: 21 Januari 2020   09:49 883
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bismillah, Alhamdulillah, Allahumma shaliala Muhammad.

Sejak kecil kita sudah dicekoki dengan istilah rezeki yang bersifat materialistik.  Rezeki itu itu mesti ada hubungannya dengan materi.. uang, gaji, harta, buah, tanah, ijazah, kebun, sawah, IPTEK dan sebagainya. 

Singkat kata orang yang diberi rezeki yang banyak itu berarti hidupnya bergelimang dengan harta, fasilitas, materi dan semua yang terlihat dan terasakan oleh panca indera.

Tulisan ini mencoba mengupas tentang rezeki yang banyak difikirkan, dicinta citakan dan digandrungi makhluk bernama manusia. 

Salah kaprah

Entah sejak kapan dimulai istilah rezeki itu ada kaitannya dengan anugerah Tuhan yang berkaitan dengan materi. Manusia dari desa atau kota, pendidikan tinggi atau rendah, kaya atau miskin semuanya punya bahasa yang sama tentang rezeki. Jika kita berkata tentang banyak rezeki mesti dalam kerangka fikiran kita adalah banyak materi yang anuegerahkan kepada kita.

Kita sering dicekoki kata rezeki yang halal dan luas. Rezeki yang sempit. Rezeki haram. Rezeki tak terbatas. Rezeki yang menyenangkan. Rezeki yang menyusahkan.

Ketika kita berbicara kepada orang kaya mereka akan mengajak kita bicara tentang hartanya. Ketika kita bicara pemilik ilmu mereka mengajak kita untuk bicara tentang ilmu. Ketika bicara dengan orang susah kita diajak untuk berbicara tentang kesusahannya atau kekurangan materi yang mereka miliki.

Begitulah gambaran rezeki yang kita sangat akrab dengannya. Tapi kita melupakan rezeki itu banyak jenis dan macamnya. 

 Rezeki panca indera 

Jika kita punya harta, punya tahta, punya pasangan maka ada peluang kita untuk memperoleh anugerah berupa rezeki mata, rezeki telinga, rezeki pendengaran dan rezeki pengalaman. 

Itulahlah antara lain rezeki yang tidak bersifat materialistik. Rezeki seperti ini ada dalam tabungan di dalam otak, hati dan fikiran kita. Suatu saat kita akan memanfaatkan rezeki itu melalui kemampuan kita berbicara dan bertindak. Kemampuan kita berbicara dan mengingatkan orang lain tentang pentingnya bersyukur dan bersyukur kepada Allah SWT.

Lebih luas dari yang terfikirkan

Mestinya kita lebih bijak untuk menyikapi kata rezeki. Rezeki adalah anugerah Allah kepada makhlukNya yang masih hidup atau masih nongkrong di permukaan bumi.

Ketika memiliki kesehatan, waktu luang dan sebagainya kita sesungguhnya sedang diberi kekayaan yang tak terhingga. Dengan sehat kita bisa beraktifitas yang positif. Apalagi kita berpeluang untuk bisa berbuat kebaikan dan beramal soleh.

Jika kita sehat kita bisa banyak berbuat untuk menjemput rezeki dari Allah SWT. Mengikuti pengajian agama, bertemu kawan lama, melihat orang bekerja, menyaksikan kesusahan orang lain, menyaksikan kehidupan miskin juga merupakan rezeki yang tak terhingga dari Allah SWT.

Pada hari tertentu di dekat rumah kita ada arisan itu juga rezeki. Pada saat tertentu dalam sehari hari kita memanfaatkan rezeki untuk bertandang ke rumah Allah sehingga kita dapat rezeki zikrullah, shalat, mungkin juga dapat rezeki lain seperti pahala. Kita berpeluang dapat ilmu jika menghadiri acara pengajian dengan baik, mengikuti seminar dengan baik, menolong orang dengan ikhlas.

Ketika kita dapat silahturahim me menikahkan anak teman, menikahkan anak pembantu kita dan membuat posting pada media sosial itu juga memperoleh rezeki dari sekitar kita.

Demikianlah, sekelumit tentang menjemput rezeki yang tidak saja berwujud materi tetapi semua kondisi dan keadaan adalah rezeki kita. Syaratnya kita selalu syukur, zikir, fikir akhirat, sabar dan tawakal pada Allah. Wallahu alam bishawab.

Palembang, 21.1.2020

Alfakir,
Supli Effendi Rahim

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun