Mohon tunggu...
Supli Rahim
Supli Rahim Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati humaniora dan lingkungan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Benarkan Kemiskinan Tak Bisa Diubah?

13 November 2019   02:57 Diperbarui: 13 November 2019   03:05 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bismillah, Alhamdulillah, Allahumma shaliala Muhammad

Salah satu artikel yang terbit di Kompasiana adalah benarkah kemiskinan itu adalah taqdir yang tak bisa dirubah? Artikel ini ditulis oleh rekan penulis di Kompasiana yang bernama Tjiptadinata Effendi. Beliau termasuk gigih Mecari jawaban terhadap permasalahan ini.

Saya memberi komentar terhadap tulisan bang Tjiptadinata tersebut. Kurang lebih komentar saya terhadap tulisan tersebut adalah sebagai berikut. Kemiskinan itu benar taqdir Allah. Tetapi taqdir bisa dirubah. Dengan apa? Dengan doa dan usaha. Doa siapa? Doa kolektif dari semua pihak.  Usaha kolektif dari semua pihak.

Dari Republika online saya membaca artikel tentang hal sama.  Kemiskinan bukan takdir dari Allah yang tak dapat diubah. Apabila setiap individu memiliki semangat dalam mencari penghasilan, kemiskinan dapat diberantas dari muka bumi. Kolektivitas dan kepedulian sejatinya dimanifestasikan dalam keseharian saat negeri ini dipenuhi kemiskinan.

Allah SWT berfirman, "Apabila telah selesai shalat (Jumaat), bertebaranlah di bumi dan carilah fadilah (kelebihan) dari Allah." (QS Al-Jumu'ah [62]: 10). Ayat ini mengindikasikan bahwa kerja keras mencari nafkah sebagai tahap mencari fadhilah-Nya.

Tanpa mengabaikan kerja keras orang miskin, tugas individu yang bernasib baik (baca: kaya dan mampu) ialah memberikan sebagian hartanya. Pelaksanaan zakat, infak, dan sedekah menuntut pengelolaan profesional agar kemiskinan dapat diminimalisasi. 

Berikut izinkan saya belajar dari anugerah yang Allah berikan kepada keluarga besar kakek saya Hamzah dari Bengkulu Selatan. 

Pertama,  mengalakkan hijrah. Zuriyat kakek saya ada 10 orang. Anak cucunya dia galakkan untuk merantau ke sana atau kemari. Kenapa merantau? Agar punya wawasan dan motivasi untuk maju. Alhamdulillah anak cucu kakek saya jauh dari sifat malas, sebaliknya punya sifat kerja keras, kerja ikhlas dan kerja cerdas. 

Kedua, mengutamakan pendidikan. Anak-anak dan cucu-cucu kakek saya saling tiru untuk bersekolah mulai dari tingkat sekolah SD, SMP, SMK, SMA dan hingga ke tingkat sarjana. Tidak sedikit yang sudah mengenyam pendidikan di S2 dan S3. 

Ketiga, saling bantu menyekolahkan saudara. Keluarga kakek saya dan keluarga ayah saya saling membantu menyekolahkan saudaranya. Dengan bekal  paling rendah pendidikan SMA  dan bahkan 4 dari 6 bersaudara dari anak-anak ayah saya mampu mengubah kehidupan mereka. 

Dengan begitu maka pendidikan dan kehidupan para cucu kakek saya jauh lebih baik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun