Mohon tunggu...
Supli EffendiRahim
Supli EffendiRahim Mohon Tunggu... Penulis - pemerhati lingkungan dan kesehatan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Orang biasa yang ingin jadi orang baik di mata Allah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Elegi Redupnya Budaya Berdendang Bengkulu Selatan

11 September 2021   17:52 Diperbarui: 11 September 2021   17:56 1115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi, kompas.com

Sedangkan seni tarinya antara lain tari piring, tari sapu tangan, tari kain panjang, tari payung, dan berbagai jenis tarian lainnya.

Di penghujung tarian adalah menutup tari, yakni penganten laki-laki akan turun ke arena untuk memutus tari. Setelah itu pasangan penganten akan melakukan sembah atau sungkem dalam istilah lain kepada para pemain bedendang. Sembah ini juga pertanda berakhirnya kegiatan seni bedendang yang telah dilaksanakan.

Kegiatan bedendang ini biasanya berlangsung selama delapan jam atau lebih, yakni proses awal sekitar pukul 20:00 dan selesai menjelang subuh.

Kesenian bedendang ini sendiri dalam pandangan penulis sebenarnya termasuk kegiatan adat yang cukup sakral di masyarakat Bengkulu Selatan. Ini mengingat banyaknya kerumetan serta tetek bengek keruwetan dalam pelaksanaan prosesinya yang mesti dilalui.

Kaum ibu-ibu juga terlibat aktif di dalamnya.
Berbagai masakan dan minuman mesti dihidangkan selama prosesi ini. Tidak hanya satu jenis masakan dan minuman, tapi berbagai jenis. Begitu juga jenis snacknya terdiri atas berbagai snack. Juga tidak hanya sekali penghidangan, tapi beberapa kali--mencapai empai atau lima kali keatas.

Penghidang makanan dan minuman selama bedendang ini juga mesti dilakukan laki-laki, berjumlah dua, empat orang atau lebih. Mereka yang bertugas menghidangkan makanan disebut Jenang.

Seni ini sangatlah indah di mata penulis, menyenangkan menontonnya (begitu menghibur), dan sarat adat istiadat di dalamnya. Juga menampilkan skill-skill tersendiri para pemainnya, seperti pembawa seni suara, pemusik biola, dan penarinya. Tentu hal itu tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang, melainkan mereka yang benar-benar memiliki skill bedendang.

Sayangnya, saat ini pamor seni bedendang di Kabupaten Bengkulu Selatan kian tahun makin meredup. Bedendang mulai jarang digunakan dalam pesta-pesta perkawinan. Kebanyakan yang menggelar pesta perkawinan saat ini lebih cenderung memilih seni hiburan lain yang lebih praktis, tidak menguras banyak tenaga, dan tidak enjelimet dalam prosesnya. Seperti hiburan organ tunggal yang lebih digandrungi warga, khusus kaum milineal.

Hal ini diperparah minimnya jumlah generasi penerus di Bengkulu Selatan yang ingin mempelajari seni bedendang. Sementara  diantara para pemain di grop bedendang yang telah ada, selain dengan berbagai kesibukan masing-masing, juga sebagian di antara mereka banyak yang telah meninggal dunia.

Tentu ini mempercepat redupnya budaya dan adat istiadat yang cukup dibanggakan itu. Penulis sendiri, terakhir kali menyaksikan digelarnya seni bedendang yaitu Tahun 2004 silam. Kala itu ayahanda penulis menggelar pesta pernikahan kakanda penulis yang tertua. Dalam pesta itu selain digelar hiburan organ tunggal, bimbang, malam, dan hiburan lainnya, juga digelar hiburan bedendang. Setelah itu dalam beberapa kesempatan saat mudik ke kampung halaman, penulis tidak pernah lagi menemukan hiburan seni bedendang yang digelar warga.

Sebagai masyarakat dari Bengkulu Selatan, tentunya penulis berharap pemerintah daerah, melalui instansi terkait yang membidangi, dapat terus berupaya mempertahankan, mengembangkan, dan melestarikan adat istiadat dan budaya yang berkembang di masyarakatnya. Meningkatkan program pembinaan pada generasi penerus untuk terus mencintai dan melestarikannya mungkin salah satu solusinya. Semoga saja seni bedendang di Bengkulu Selatan terus lestari sebagai peninggalan budaya adat istiadat di tanah leluhurku.********

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun