Mohon tunggu...
Supli EffendiRahim
Supli EffendiRahim Mohon Tunggu... Penulis - pemerhati lingkungan dan kesehatan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Orang biasa yang ingin jadi orang baik di mata Allah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Elegi Hilangnya Budaya "Berayak" di Bengkulu Selatan

10 September 2021   04:16 Diperbarui: 10 September 2021   04:20 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah beberapa kali pintu diketuk, ibu dari Tante Niar ini membukan pintu. Kami pun dipersilahkan masuk. Selanjutnya karena saya masih anak-anak---saya hanya sebatas dijadikan Pamanda sebagai teman di perjalanan---saya diminat paman dan Tante tidur tiduran di dalam rumahnya. Sedangkan mereka berdua ngobrol yang entah saya pun tidak tahu pembicaraannya.

Bila saya tertidur, sekitar pukul 23:00 saya dibangunkan. Pamanda Ujang Marzuki pun mengajak saya pulang. Lagi-lagi kami berjalan kaki menuju dusun kami. Selama dua setengah jam perjalanan kami tempat. Sepanjang jalan kami bersenda gurau. Sesekali Pamanda bilang, "cantik apa tidak pacar paman?" Saya tentu saja mengiyakan.

Begitulah kisah susah, senang, nikmat dan sekaligus kenangan kegiatan berayak yang saya alami. Sudah tidak terhitung saya menemani pamanda berayak ke berbagai dusun, sebelum akhirnya Pamanda berjodoh dengan Tante Niar.

Namun seiring perkembangan zaman dan kemajuan pembangunan, kegiatan berayak ala muda mudi ini sudah tak ada lagi. Hal ini mengingat hampir semua jalan antar dusun sudah terhubung jalan aspal. Begitu juga dengan hampir setiap rumah di perkampungan memiliki sepeda motor.

Diluar itu, jaringan PLN sudah mencapai hampir seluruh dusun. Ditambah kemajuan teknologi komunikasi dan informasi seperti handphone android makin menenggelamkan kegiatan berayak ini.

Akhirnya, kata berayak di Bengkulu Selatan kini hanya kenangan; kenangan bagi generasi 1990-an kebawah. Kenangan nan indah penuh perjuangan.*****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun