Kedua, tuan rumah banyak agenda di luar ngurusi selain ramadhan. Ada yang ngurusi  masak kue, ada yang ke pasar, ada siap-siap pulang kampung. Banyak di antara muslim yang sudah mengulangi kebiasaan lamanya yakni malas solat berjemaah. Sof solat di masjid, surau dan mushollah makin maju ke depan.
Ketiga, muslim sedikit yang menangis mengetahui kepergian ramadhan. Pada hal mereka tahu bahwa belum tentu ada lagi ramadhan yang akan datang.Â
Bisa dibayangkan betapa kecewanya ramadhan. Oleh-oleh yang dia bawa yakni semua amalan wajib pahalanya dilipatgandakan menjadi 70 kali lipat, solat sunnah akan diganjar sama dengan solat wajib. Tetapi ternyata itu semua disia-siakanoleh muslim sebagai tuan rumah. Ramadhan hanya melongok kebingungan. Dia khawatir bakal kena marah oleh Allah swt.Â
Mudah-mudahan ramadhan tahun ini tidak mengadukan perlakuan tuan rumah yang cuek dan tak peduli lagi pada saat kepergian ramadhan. Pada hal kalau saja muslim sebagai tuan rumah mempunyai sikap melayani dengan baik, maka sangat diyakini sifat baik selama ramadhan akan kekal pada bulan-bulan selanjutnya.
Jayalah kita semua