Bismillah,Â
Bagaimana dengan kita yang dianggap mulia lalu pulang tak dimuliakan, ditelantarkan oleh tuan rumah? Kita jauh-jauh bertamu tetapi tuan rumah sibuk main HP, sibuk tebar pesona, sibuk ngobrol dengan tetangga, sibuk ngecat rumah, sibuk belanja. Tentu saja kita akan kecewa berat. Begitulah perasaan ramadhan yang tahun ini segera pergi. Tulisan ini mencoba meneropong dari aspek psikologis ramadhan yang siap-siap berangkat "pulang kampung".
Awal yang bahagia
Ramadhan pada awalnya sangat bahagia karena disambut dengan semarak di penjuru kampung, desa, kecamatan, kota, ibukota kabupaten, ibukota provinsi dan ibukota negara, di seluruh dunia. Ramadhan merasakan kebahagiaan itu. Semua muslim menyambutnya dengan penuh antusias.Â
Kala awal dia datang, muslim solat tarawih dengan sangat semangat, mesjid, musholah, surau penuh sesak. Mall sepi, pasar tradisional biasa saja. Mereka bisa saja pergi ke kantor atau ke sawah, ke banyak tempat, tetapi mereka akan segera melayani ramadhan dengan baik.
Muslim membaca quran, sedekah, solat lima waktu, memyiapkan buka puasa dll. Pendek kata muslim yang sebagai tuan rumah menyambut ramadhan sangat simpatik, berempati kepada tamunya bernama ramadhan.
Persoalan timbul
Segera setelah hari ke 20 dst muslim sebagai tuan rumah mulai kurang ramah kepada ramadhan. Mereka mulai cuek kepada ramadhan. Mereka mulai banyak main HP, menonton youtube, ngaji kurang, sedekah kurang, solat taraweh kurang. Mereka kalau tidak tidur, pergi belanja, pulang kampung, ngecat rumah, cari buka puasa, cari uang, dll. Â Ramadhan benar-benar kesepian. Dia merasa terhina, terlantar, karena tuan rumah sudah tak peduli.
Tuan rumah mulai bertingkah aneh, kalau sedekah sedikit dibanding beli baju lebaran, dibanding memberi makan orang miskin dan anak yatim. Pengurus masjid sibuk mengecat masjid, sedikit sekali kas masjid dikeluarkan untuk  kaum dhuafa, untuk buka bersama dll.Â
 Wawancara imajiner
Dalam suatu kesempatan, penulis melakukan wawancara kepada ramadhan. Mengapa anda pulang dengan membawa banyak kekecewaan. Ramadhan membuat "list" daftar kekecewaan beliau. Pertama, muslim sebagai tuan rumah sedikit sekali yang bermurah hati dengan ramadhan sebagaimana seperti ketika jelang ramadhan, terbukti semakin sedikit muslim beritikaf pada malam-malam terakhir di masjid-masjid, surau atau musholah.Â